Natalius Pigai Buka-bukaan Gaji Jadi Komisioner Komnas HAM, Tabungan Setengah Miliar Rupiah Habis

Natalius Pigai Buka-bukaan Gaji Jadi Komisioner Komnas HAM, Tabungan Setengah Miliar Rupiah Habis

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Natalius Pigai mengungkap berapa gajinya selama jadi komisioner Komisi Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Dirinya juga menjelaskan alasan enggan mencalonkan diri lagi sebagai komisioner Komnas HAM pada 2017 silam.

Pria asal Paniai, Papua itu menjabat komisioner Komnas HAM periode 2012 sampai 2017.

Padahal, kata Natalius Pigai, banyak pihak yang memintanya untuk kembali mencalokan diri sebagai komisioner Komnas HAM.

Salah satunya datang dari mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Jimly Asshiddiqie.

"Prof Jimly yang datang ke ruangan saya.

Dia bilang kamu dibutuhkan di Komnas HAM dalam konteks keseimbangan untuk membela HAM," tutur Natalius Pigai di acara Tribun Corner Podcast, Rabu (2/2/2022).

Namun Natalius Pigai memberikan pendapatnya kala itu.

Utamanya, soal keuangan.

Sebab, Natalius Pigai menyebut dirinya sudah menghabiskan uang tabungannya sebesar Rp 500 juta selama dia menjadi komisioner Komnas HAM.

"Saya senang membela, tapi kan saya punya keluarga.

Di Komnas HAM uang tabungan saya Rp500 juta habis.

Di sana gaji saya Rp 18 juta tok, tidak kurang tidak lebih. Kita dapat hanya gaji saja tidak ada ini itu.

Makanya saya harus keluar untuk cari duit sekaligus membela HAM di luar," beber Natalius Pigai.

Aktivis asal Papua itu menuturkan selama satu periode di Komnas HAM, Natalius Pigai menyebut hanya dirinya saja yang tak pernah berpindah tugas.

"Di Komnas dalam setahun ada 6 ribu sampai 8 ribu laporan yang masuk.

Dan saya satu-satunya komisioner Komas HAM yang selama lima tahun di bagian penegakan, sedangkan teman-teman komisioner lain pindah-pindah bagian," papar Natalius Pigai.

Cerita Natalius Pigai diminta menteri jadi stafsus

Sedang menikmati masa menganggur di Papua, Natalius Pigai dihubungi langsung sang Menteri Tenaga Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Al Hilal Hamdi untuk menjadi staf khususnya.

Itu terjadi di tahun antara tahun 1999 dan 2000 kala Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.

Mantan Komisioner Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai di sekretariat nasional (Seknas), Hos Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (26/3/2019 (Tribunnews.com/ Rina Ayu)
Kala itu, Natalius Pigai baru saja lulus kuliah dan memutuskan pulang ke kampung halaman di Paniai, Papua.

"Waktu itu saya udah pulang ke Papua, sedang menikmati masa ngangur di kampung 
halaman.

Kemudian ada telepon yang mengatakan bahwa saya ditunggu Gus Dur dan dicari oleh Al Hilal Hamdi dan Alwi Shihab," tutur Natalius Pigai di acara Tribun Corner Podcast, Rabu (2/2/2022).

Keesokan harinya, ujar Natalius Pigai, ternyata Al Hilal Hamdi langsung yang meneleponnya.

Siapa sangka bahwa Menteri Tenaga Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu sendiri yang menawarkan agar Natalius Pigai menjadi stafsusnya.

"Saya disuruh temui dia dan datang ke ruangannya.

Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai menceritakan bagaimana perjuangannya dan doa sang ibunda kala dirinya merantau dari papua menuju Yogyakara (Tribun Jakarta)
SK sudah disiapkan jadi stafsus menteri," tutur Natalius Pigai.

Natalius Pigai pun langsung menerima tawaran itu dan menjadikannya salah satu PNS termuda di Kementerian Tenaga Tenaga Kerja dan Transmigrasi hingga akhirnya dia terpilih sebagai Komisioner Komnas HAM pada 2012.

"Saya selama di Kemenaker pernah di jabatan fungsional maupun struktural sampai hampir 15 tahun," kata Natalius Pigai.

Alasan bisa dihubungi menteri

Natalius Pigai pun menceritakan bagaimana ceritanya dia bisa dihubungi langsung oleh menteri.

Rupanya semua itu berawal ketika Natalius Pigai masih kuliah di Yogyakarta dan kerap tinggal di rumah Y.B. Mangunwijaya.

Hal itu membuat Natalius Pigai ikut dilibatkan ketika Gus Dur ada kegiatan di Yogyakarta.

"Beberapa kali Gus Dur di Jogja, saya selalu pegang Gus Dur, waktu itu Gus Dur belum jadi presiden," kata Natalius Pigai.

Sementara itu, di waktu hampir bersamaan, Natalius Pigai juga menulis buku berjudul Evolusi, Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik.

"Rupanya saat itu Alwi Shihab beli buku saya 1000 eksemplar makanya dia dan Al Hilal Hamdi setengah mati cari saya," kata Natalius Pigai.[tribun]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita