Dosen ISI Solo: Wayang Bermula dari Kegiatan Animisme Penyembahan Arwah Leluhur

Dosen ISI Solo: Wayang Bermula dari Kegiatan Animisme Penyembahan Arwah Leluhur

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Ceramah Ustaz Khalid Basalamah dalam video viral 'wayang haram' menuai kontroversi karena menyebut wayang bukan tradisi Islam dan seharusnya dimusnahkan. Menengok ke belakang, wayang ternyata sudah digunakan untuk penyebaran agama.

"Untuk penyebaran agama Hindu, untuk syiar Islam. Karena ceritanya mudah diadaptasi menyesuaikan dengan kepentingan dan tujuan pagelarannya," kata Dekan Fakultas Pertunjukan Seni ISI Solo Sugeng Nugroho saat diwawancarai beberapa waktu lalu.

Sugeng menjelaskan wayang berawal dari kepercayaan animisme dan dinamisme untuk penyembahan arwah leluhur. Penyembahan leluhur ini menurutnya masih terus dilestarikan hanya dalam bentuk yang berbeda, seperti ruwat bumi.

"Wayang bermula dari kegiatan animisme dan dinamisme untuk penyembahan arwah leluhur. Wayang berasal dari kata Wa Hyang, artinya menuju leluhur atau nenek moyang," tutur dosen yang juga dalang ini.

Dia menyebut bukti wayang dari Jawa terbukti ada mulai abad ke-VII. Dia mengungkap penggunaan wayang sudah tertulis dalam sejumlah prasasti.

"Bukti itu seperti yang ada di beberapa prasasti. Bahkan di prasasti Wukajana berangka tahun 907 Masehi disebutkan bahwa bukti bahwa wayang waktu itu digunakan untuk pemujaan arwah leluhur," tuturnya.

Bukti itu diperkuat dengan kitab Wertasancaya tulisan Empu Tan Akung masa Raja Kediri. Dalam kitab itu banyak menceritakan tentang perabot pertunjukan wayang seperti kelir, dan gamelan iringan wayang.

"Wayang kulit sudah ada ada Serat Wiwaha Empu Kanwa, pada 1019-1042 disebutkan wayang pada saat itu dibuat dari kulit ditata sedemikian rupa digerakkan dalang bisa membuat haru penonton, bisa menangis dan sebagainya. Berarti wayang sudah ada sebelumnya," urainya.

Wayang diduga dari Jawa

Dia lalu mencontohkan sejumlah penelitian yang menyebut wayang berasal dari Indonesia. Di antaranya dikemukakan J.L.A Brandes, G.A.J Hazeu, J.Kats, Rentse, dan Kruyt.

"G.A.J. Hazeu dalam disertasinya yang berjudul Bijdrage Tot de Kennis van het Javaansche Toneel (yang dipertahankan di Universitas Leiden, 30 Januari 1897), Hazeu berpendapat bahwa wayang merupakan seni pertunjukan yang berasal dari Jawa," ungkapnya.

Pendapat itu diperkuat dengan nama-nama peralatan wayang kulit yang berasal dari bahasa Jawa. Seperti kata Wayang yang berasal dari akar kata yang berarti tidak stabil, tidak pasti, tidak tenang, bergerak ke sana kemari; berasal dari kata ayang-ayang atau wewayangan yang berarti suatu benda yang muncul karena terkena cahaya bayang-bayang.

"Kelir berasal dari akar kata 'lir' atau 'lar' yang berarti sesuatu yang dibentangkan memanjang. Kemudian kata blencong berasal dari akar kata 'cong' yang berarti sesuatu yang miring, tidak lurus. Blencong adalah pelita yang nyalanya menyamping," urai Sugeng.

Kemudian kata kothak berasal dari akar kata 'thak' yang berarti 'menyentuh, menghubungkan, menggabungkan diri, saling menyentuh'. Kothak adalah peti untuk menyimpan wayang kulit atau golek.

"Keprak berasal dari akar kata 'prak' yang merupakan tiruan bunyi dari lempengan logam yang saling bersentuhan. Keprak adalah lempengan logam yang digantungkan di samping kothak wayang kulit atau golek," paparnya.

Lalu kata dalang berasal dari akar kata 'lang' yang berarti 'berkeliling, mengitari, mengelilingi'. Dalang adalah seseorang yang berkeliling mempertunjukkan wayang di sana-sini.

Sumber: detikcom
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita