GELORA.CO - Kasus Covid-19 varian Omicron terdeteksi di Jawa Timur. Hal itu didasarkan pada hasil whole genome sequencing (WGS) oleh Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair) yang keluar pada Minggu dini hari (2/1).
Direktur ITD Unair Prof dr Maria Inge Lusida MKes SpMK (K) PhD mengatakan, pasien pertama Covid-19 yang terdeteksi varian Omicron itu berasal dari Surabaya.
”Hasil analisis WGS sampel pasien yang dicurigai Omicron baru keluar tadi malam (kemarin, Red) lewat pukul 00.00. Hasilnya sudah pasti terkonfirmasi varian Omicron,” ujarnya kepada Jawa Pos kemarin.
Dia melanjutkan, sampel yang terkonfirmasi Omicron itu berasal dari pasien yang kini dirawat di salah satu RS swasta di Surabaya. Pasien tersebut memiliki riwayat perjalanan di Bali. Bukan dari perjalanan luar negeri. ”Kami menerima semua sampel pasien dari Jawa Timur. Pasien yang memiliki gejala dan sampelnya positif kami terima dan dikerjakan WGS-nya,” ungkapnya.
Untuk diketahui, ITD Unair merupakan salah satu laboratorium yang ditunjuk Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk melakukan WGS. ITD Unair mencakup area Jatim untuk memeriksa sampel-sampel pasien Covid-19. ”Jadi, deteksi WGS dari sampel-sampel pasien Covid-19 di Jatim sudah rutin kami lakukan. Baru satu kasus pertama terdeteksi varian Omicron,” terangnya.
Inge menjelaskan, sampel pasien yang terkonfirmasi itu masuk ke ITD Unair pada 28 Desember. Selanjutnya, sampel diperiksa. Pada 29 Desember, sampel tersebut masih dicurigai Omicron. Kemudian, terkonfirmasi Omicron pada Minggu dini hari. ”Hasil temuan kami sudah dilaporkan ke Kemenkes, Balitbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan), Dinas Kesehatan Jatim, dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya,” paparnya.
Lebih detail, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (Dinkes Jatim) Dr Erwin Astha Triyono SpPD KPTI dalam keterangannya menjelaskan, kasus pertama Omicron itu terdeteksi pada seorang warga Surabaya berinisial TYC. Dia baru saja berlibur ke salah satu tempat wisata di Indonesia selama lima hari sejak 20 Desember bersama suaminya (SJJ) menggunakan kendaraan pribadi.
Selama berlibur, kata Erwin, TYC selalu menggunakan aplikasi PeduliLindungi. Sepulang dari perjalanan wisata (25/12), TYC mengalami keluhan pada tenggorokan, yaitu merasakan seperti ada lendir.
Pada 28 Desember TYC memeriksakan diri ke sebuah rumah sakit (RS) dan disarankan swab RT-PCR. Pada hari itu juga TYC melakukan swab RT-PCR dan hasilnya positif dengan CT value 26. Mengetahui hasil tersebut, suaminya langsung melakukan tes serupa. Hasilnya negatif. Kamis (30/12) hasil S gene target failure (SGTF) TYC positif varian K417N (Delta Plus) dan probable varian Omicron sehingga TCY diarahkan untuk isolasi di sebuah RS di Surabaya sembari menunggu hasil WGS keluar.
Erwin mengatakan, Dinkes Jatim berkoordinasi dengan Dinkes Kota Surabaya terkait kasus probable Omicron tersebut. Puskesmas setempat melakukan tracing dengan melakukan swab RT-PCR pada kontak erat TYC. Yaitu pada 1 kontak erat serumah dengan hasil negatif, 4 kontak erat keluarga dengan hasil satu positif (TGO) dan tiga lainnya negatif, serta 10 kontak erat tetangga dengan hasil negatif.
Kontak erat dari pasien TYC telah menjalani karantina di rumah selama 14 hari sejak 28/12 di bawah pengawasan puskesmas dan satgas Covid-19 setempat. Pasien TGO juga melakukan isolasi mandiri di rumah yang berbeda (beda blok) dengan keluarga lainnya. Hingga saat ini kondisi TGO baik dan tidak ada keluhan. ”Dengan ditemukannya kasus Omicron tersebut, Dinkes Jatim melakukan koordinasi dengan Dinkes Surabaya untuk pelaksanaan surveilans ketat pada kasus sesuai protokol penanganan varian Omicron,” katanya.
Erwin mengimbau masyarakat agar tidak panik dan tetap tenang. Yang terpenting segera melakukan vaksinasi, terutama untuk kelompok rentan dan lansia. Juga tidak perlu bepergian ke luar daerah jika tidak mendesak dan selalu taat protokol kesehatan.
Terpisah, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi membenarkan adanya dua warga Surabaya yang terpapar Covid-19 varian Omicron. Dia belum menyampaikan detail RS maupun domisilinya. ”Pasien masih di RS. Apalagi, ini kasus Omicron baru,” ujarnya. Yang pasti, kata Eri, dua pasien itu adalah keluarga besar. Tetapi bukan keluarga yang tinggal dalam satu rumah.
Pemkot pun bertindak cepat untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya penularan yang lebih luas. Di antaranya dengan blocking di area rumah warga setempat. Tindakan lainnya ialah mengaktifkan kembali kegiatan swab test seperti yang dulu aktif dilakukan. Lalu swab massal hingga swab hunter.
Petugas akan menyasar tempat-tempat keramaian untuk mencegah penularan. Kegiatan itu akan dilakukan untuk melihat kembali kemungkinan naiknya penularan Covid-19 di Kota Surabaya. ”Ini kita lakukan sekarang. Sambil sosialisasi agar warga disiplin prokes,” tandas Eri.
Di bagian lain, pakar epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Dr Windhu Purnomo mengingatkan bahwa risiko potensi penularan Omicron sangat terbuka. Termasuk di Surabaya. Selama momen libur Nataru, tingkat mobilitas cukup padat. Apalagi, penerbangan internasional di Bandara Internasional Juanda mulai dibuka. ”Potensi penularan tentu ada. Apalagi kalau masyarakat abai terhadap prokes,” tuturnya.
Windhu mendukung upaya Pemkot Surabaya untuk melakukan antisipasi secara ketat. Pihak-pihak berwenang harus aktif mengontrol pintu masuk bagi WNA maupun WNI yang baru pulang dari negara-negara tertentu. ”Harus patuhi ketentuan karantina ketat maksimal sampai 14 hari,” tegas dia. Hal itu juga terkait dengan potensi gelombang ketiga seusai Nataru.[jawapos]