GELORA.CO - Demokrasi di Tanah Air dalam beberapa tahun terkahir mengalami penurunan kualitas. Hal itu ditenggarai oleh kongsi-kongsi antara kekuasaan dengan para oligarki.
Termasuk dalam penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu). Acap kali pemimpin yang memiliki intelektualitas selalu dinihilkan oleh pemimpin yang hanya bermodalkan elektabilitas karena memiliki modal.
Begitu disampaikan Pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI) Rocky Gerung saat menjadi narasumber dalam diskusi daring yang disiarkan di kanal YouTube Rocky Gerung Official, pada Senin (3/1).
“Demokrasi itu memperlihatkan pemburukan, karena yang punya amplop tebal mendahului yang punya otak tebal," kata Rocky Gerung.
"Nah itu bahayanya tuh," imbuhnya menegaskan.
Atas dasar itu, Rocky Gerung bersama rekan-rekannya terus mengkampanyekan dan memperjuangkan ambang batas presiden atau Presidential Threshold (PT) nol persen. Sebab, dalam PT 0 persen itu akan ada free competition dan berangkat dari garis start yang sama. Karena sejatinya, ide awal lahirnya demokrasi pertama kalinya di Athena Yunani.
"Nah itu sebabnya kita lagi kampanye supaya intelektualitas mendahului elektabilitas. Di dalam intelektualitas itu ada kematangan moral, integritas, satu paket itu. Saya kira itu poinnya tuh," cetusnya.
"Saya ingat lagi Plato di awal sejarah demokrasi Athena, tidak mempersoalkan siapa yang akan terpilih melalui elektabilitas, enggak ada survey di situ. Karena bagi Plato, setiap warga negara punya kemampuan etis yang sama untuk mewakili warga negara yang lain. Itu teori representasinya. Jadi, kalau kita bilang 0 persen sekarang itu ide dari awal begitu demokrasi," demikian Rocky Gerung. (rmol)