GELORA.CO -Menyandingkan BJ Habibie dengan Megawati Soekarnoputri soal riset yang telah dihasilkan dinilai sebagai upaya Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, menjilat kepada kekuasaan. Publik pun mempertanyakan dasar pernyataan Laksana tersebut.
Direktur Pusat Riset Politik Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam mengatakan, seorang peneliti seharusnya berbicara kebenaran secara utuh. Bukan memuja-muji dengan atau tanpa dasar yang jelas.
"Terkait pernyataan Kepala BRIN, menurut saya berlebihan. Kita lihat saja apa bukti hasil riset Megawati? Apakah dimuat di jurnal terindeks mana?" ujar Saiful kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (4/1).
Karena, pengertian konsen di bidang riset artinya melakukan penelitian. Saiful pun mempertanyakan hasil riset Megawati seperti yang disampaikan oleh Kepala BRIN.
"Saya kira jangan bandingkan antara Habibie dengan Megawati. Kalau BJ Habibie jelas riset yang dihasilkannya, kalau Megawati kira-kira apa riset yang dihasilkannya?" tanya Saiful.
Sehingga, Saiful meminta Kepala BRIN untuk menjelaskan dan membuktikan pujiannya kepada publik. Karena jika tidak, publik bisa menilai pernyataan tersebut hanya sebuah buaian belaka.
"Atau bahkan ingin menjilat, yang pada kenyataannya tidak sesuai dengan fakta empiris. Tugas BRIN sebenarnya sebagai kumpulan para ilmuwan dan peneliti agar setiap ucapannya didasarkan pada fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan, bukan hanya sekadar omong doang atau omdo," pungkas Saiful. (RMOL)