GELORA.CO - Pernyataan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD soal ada menteri yang meminta setoran dari direktur jenderal (Dirjen) sebesar Rp 40 miliar membuat polemik.
Kabarnya Dirjen itu pun akhirnya mundur, karena tak sanggup memenuhi permintaan sang menteri.
Sekjen DPP Partai Priboemi, Heikal Safar mempertanyakan pernyataan Mahfud tentang seorang menteri memalak dirjen Rp 40 miliar.
Menurut dia, informasi yang disampaikan Mahfud itu bisa menimbulkan banyak persepsi negatif jika sosok menteri itu tidak diungkap ke publik.
"Maka pertanyaannya kepada Bapak Menkopolhukam Mahfud MD, yakni siapakah menteri yang palak dirjen Rp 40 miliar. Apakah dari parpol, pengusaha, aktivis, tokoh agama, atau profesional," kata Heikal kepada wartawan di Jakarta, Jumat (14/1/2022).
Menurutnya, publik menjadi penasaran jika Mahfud tidak membuka identitas sang menteri.
Demi tegaknya keadilan dan demi menjaga maruah Kabinet Indonesia Maju, sebaiknya menteri tukang palak tersebut namanya disampaikan ke publik dan harus dipecat, serta diproses hukum.
"Saya selaku sekjen DPP Partai Priboemi sangat prihatin karena disayangkan negara sudah menggaji mahal dengan segala fasilitasnya untuk menteri, walhasil menterinya jadi tukang palak para dirjen," kata Heikal.
Dengan kejadian itu, Heikal berharap, Indonesia ke depan tetap bisa menjadi negara maju.
Dia juga mendesak Mahfud segera mengumumkan nama menteri tukang palak tersebut.
"Saya menyarankan mulai saat ini seluruh rakyat Indonesia jangan pernah takut dan ragu menyuarakan kebenaran, demi mewujudkan keadilan yang bermartabat bagi seluruh rakyat Indonesia," kata Heikal.
Sebelumnya diberitakan Kompas.com, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengungkap adanya menteri yang meminta anak buahnya untuk "mencarikan" uang setoran.
Uang itu, kata Mahfud, masuk ke kantong pribadi sang menteri.
Dalam program Aiman Kompas TV yang ditayangkan Selasa (11/1/2022), Mahfud bercerita bahwa ada seorang direktur jenderal (dirjen) dari suatu kementerian yang pernah mendatangi dirinya untuk menceritakan hal tersebut.
Kepada Mahfud, dirjen itu mengungkap bahwa dirinya diminta mencarikan uang dari proyek perizinan yang ia kerjakan untuk disetor ke pimpinannya.
Mahfud tak mengungkap siapa sosok dirjen dan pimpinan itu. Namun, ia memastikan dirjen tersebut kini sudah mundur dari jabatannya.
"Kan ada yang sampai ditangkap, ada dirjen kan katanya ini setoran untuk menteri. Bahkan ada seorang dirjen mundur dari satu kementerian," kata Mahfud dikutip dari YouTube Kompas TV.
"Dia datang ke saya sebelum mundur, Pak saya disuruh nyetor, suruh cari uang 40 miliar dari kedirjenan saya ini karena mengurusi perizinan-perizinan apa gitu. Mundur dia, tapi diumumkannya dipecat, diberhentikan," tuturnya.
Mahfud mengatakan, kejadian itu banyak ia jumpai. Namun, dia tak mengungkap sosok yang ia maksud.
"Kan banyak yang sekarang untuk masuk...," kata Mahfud.
"Ke dompet pimpinannya? Dompet menterinya misalnya?," tanya Aiman memastikan.
"Iya," tegas Mahfud.
Berkaca dari peristiwa itu, Mahfud mengaku enggan melakukan hal serupa.
Oleh karenanya, ia mewanti-wanti sekretarisnya agar tak mencarikan uang setoran untuk dirinya.
"Saya di sini juga bilang, Pak Ses (Sekretaris Menko Polhukam), saya perlakukan dengan wajar, yang gaji saya berikan gaji saya, honor honor saya berikan yang sah, tapi yang tidak ada jangan cari-cari," kata Mahfud.
"Gitu aja biar semua selamat, Anda selamat, saya selamat," lanjut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu. [tribun]