GELORA.CO - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat hadiri penganugerahan Profesor Kehormatan Ilmu Pertahanan bidang Kedokteran Militer kepada mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di Universitas Pertahanan (Unhan), Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Bertemunya dua tokoh bangsa itu dinilai bukanlah sesuatu yang tanpa direncanakan.
Direktur Riset Indondesian Presidential Studies (IPS) Arman Salam mengatakan, meski dikemas dalam sebuah acara penganugerahan profesor kehormatan di Unhan, namun pertemuan tersebut memiliki bobot politik yang sangat kental.
Salah satunya, kata Arman adalah efek kejut psikologis untuk PDIP yang sudah ramai isunya akan mengawinkan Prabowo dan Puan Maharani sebagai pasangan Capres dan Cawapres yang akan bertarung pada kontestasi Pilpres 2024 mendatang.
Paket pasangan Prabowo-Puan terus mengemuka sejak Prabowo tiba-tiba memilih gabung koalisi pemerintah usai kalah dari Presiden Joko Widodo.
Kala itu muncul informasi bahwa paket Prabowo-Puan adalah implementasi dari perjanjian Batu Tulis jilid II.
Namun demikian, sampai saat ini belum jelas apakah paket Prabowo-Puan direalisasikan oleh PDIP.
Dengan bertemu SBY dalam suasana yang hangat, Arman melihat Prabowo ingin memberi sinyal bahwa dirinya memiliki daya tawar politik yang tinggi dan bisa dipinang oleh siapapun.
"Signal yang diberikan Prabowo itu otomatis memberikan dampak menaikan nilai jual bagi dirinya untuk bisa meminang atau dipinang bagi partai maupun figur manapun," demikian kata Arman kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (13/1).
Arman melihat adu pengaruh dan kekuatan jumlah "batur" menjadi kekuatan tersendiri dalam berselancar mendulang dukungan baik kekuatan politik maupun finansial.
"Sebenarnya keromantisan Prabowo dan SBY sudah terjalin lama terkait pencalonan Prabowo sebelumnya," pungkasnya. [rmol]