GELORA.CO -Batalnya akuisisi pabrik mobil listrik Jerman oleh Indonesia Battery Corporation (IBC) tak bisa dilepaskan oleh pernyataan Komisaris Utama PT Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengenai Street Scooter Jerman.
Baru-baru ini, kabar batalnya akuisisi tersebut disampaikan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia lantaran pabrikan mobil listrik Jerman sudah dibeli BUMN Singapura.
"Sudah terlalu banyak sorotan negatifnya terhadap kerja sama ini. Harus clear dan transparan. Persoalannya kan timbul ketika Ahok bicara, jadi akhirnya ramai dan jadi perhatian publik," kata Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (9/1).
Pada kesempatan sebelumnya, Ahok menyebut akuisisi perusahaan mobil listrik asal Jerman tidak layak.
Namun demikian, Mamit menyebut seharusnya Ahok sebagai Komisaris Utama Pertamina, di mana Pertamina memiliki saham 25 persen di IBC memberikan klarifikasi secara gamblang jika memang rencana kerja sama tersebut bermasalah.
"Kalau ada klarifikasi dari Komut sendiri, baik dari BPK dan lain-lain (sebagai dasar argumentasi), itu jauh lebih clear. Masyarakat paham, 'oh ini tidak ada kendala'. Jadi saya kira itu jauh lebih aman," sambung Mamit.
Mamit lantas menyinggung megenai kabar kerja sama dengan produsen otomotif asal China, Wuling dan Hyundai dari Korea Selatan yang sempat disampaikan Ahok. Sejauh ini, belum ada kerja sama resmi. Namun secara umum, Mamit menilai industri otomotif di Jerman jauh lebih baik dibandingkan dengan China, meski China juga sudah mulai maju.
"Kalau teknologi bagus Jerman, pastinya. Karena Jerman punya pengalaman yang cukup lama di bidang mobil, otomotif. Tapi kan perlu dilihat juga, Jermannya bagian mana. Harusnya mereka lebih unggul dibanding China," tandasnya. (RMOL)