GELORA.CO - Paus Fransiskus , pemimpin Vatikan, mengatakan berhubungan seks di luar nikah bukanlah dosa paling serius. Menurutnya, dosa yang paling serius adalah kebencian.
Pernyataan itu disampaikannya selama sesi tanya jawab dengan wartawan dalam penerbangan kembali ke Italia dari Yunani pada hari Senin lalu.
"Dosa daging bukanlah yang paling serius," katanya, sembari melanjutkan dengan mengatakan bahwa kesombongan dan kebencian adalah dosa yang paling serius.
Paus Fransiskus juga ditanya tentang pengunduran diri Uskup Agung Paris, Michel Aupetit, yang diajukan awal bulan ini setelah sebuah majalah Prancis mengeklaim dia telah terlibat dalam hubungan intim dengan seorang wanita.
Secara tradisional, Uskup Agung dan anggota Gereja Katolik yang lebih tinggi mengikuti selibat klerus, yang berarti mereka berpantang dari hubungan seks.
Aupetit telah membantah perselingkuhan itu, dan berkata: "Saya menangani situasi dengan buruk dengan seseorang yang berkali-kali berhubungan dengan saya."
Paus, yang menerima pengunduran diri Uskup Agung Paris, mengatakan: “Itu adalah kegagalan di pihaknya, kegagalan terhadap perintah keenam, tetapi tidak sepenuhnya.”
Perintah keenam mengatakan, "Anda tidak boleh melakukan perzinaan", yang berlaku untuk orang yang berhubungan seks di luar pernikahan mereka, tetapi Paus menyarankan itu bisa berlaku untuk para imam yang tidak hidup selibat.
Selama penerbangan kembali ke Italia, Paus Fransiskus mengatakan dia memecat Uskup Agung Paris karena “gosip”.
“Kita semua adalah pendosa. Ketika gosip tumbuh dan berkembang dan menghilangkan nama baik seseorang, dia tidak bisa memerintah,” katanya, seperti dikutip dari The Independent, Jumat (10/12/2021).
“Ini adalah ketidakadilan. Itu sebabnya saya menerima pengunduran diri Aupetit: bukan di atas altar kebenaran tetapi di atas altar kemunafikan," imbuh dia.
Selama kunjungannya ke Yunani, Paus Fransiskus mendorong kaum muda untuk tidak tergoda oleh “sirene” konsumerisme hari ini.
"Sirene hari ini ingin memikat Anda dengan pesan menggoda dan mendesak yang berfokus pada keuntungan mudah, kebutuhan palsu konsumerisme, kultus kesehatan fisik, hiburan di semua biaya," katanya.
"Semua ini seperti kembang api: mereka menyala sesaat, tetapi kemudian berubah menjadi asap di udara," paparnya. [sindo]