GELORA.CO -Sebuah video yang menunjukan penumpukan di ruang tunggu bagasi Terminal 3 Internasional di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, tersebar viral di sosial media dan juga aplikasi WhatsApp.
Dalam video tersebut terdapat suara seorang wanita yang mengungkapkan, bahwa penyebab penumpukan penumpang untuk antre dibawa ke tempat karantina wisma atlet, karena untuk karantina di hotel biaya yang dikenakan sangat mahal.
Yakni mencapai harga Rp 19 juta per orang.
"Ini benar-benar pemerintah Indonesia penyiksaan terhadap rakyatnya. Mau di hotel, satu orangnya Rp 19 juta, kalau 22 orang berapa duit (harganya), bisa ratusan juta, mending kita menderita kaya pepes, orang pada tidur sambil berdiri," kata seorang wanita dalam video tersebut.
Ini Tenaga Kerja Wanita (TKW) sebagian, yang turis kaya kita hanya sebagian kecil, dan kita punya hak atas wisma atlet juga. Banyak calo-calo yang membujuk kita supaya di hotel, bener-bener mafianya luar biasa," sambungnya.
Menanggapi video viral tersebut, pihak Satgas Covid-19 Udara Bandara Soekarno-Hatta angkat suara.
Komandan Satgas Covid-19 Udara Bandara Soekarno-Hatta, Letkol Agus Listiyono mengatakan, harga sewa hotel untuk tempat karantina sebesar Rp 19 juta yang disebutkan seperti di video itu, adalah biaya untuk hotel bintang lima.
Menurutnya, para pengunjung yang ingin karantina disarankan untuk menggunakan hotel bintang dua.
Selain itu, harga hotel untuk tempat karantina umumnya adalah paket selama 10 hari menjalani karantina.
Harga paket yang dimaksud ialah sudah termasuk dengan biaya sewa hotel, fasilitas tes Swab PCR yang ditangani oleh tenaga kesehatan (nakes), biaya keamanan, hingga biaya akomodasi transport penumpang itu sendiri.
Kalau dibilang hotel mahal Rp 19 juta, ya kamu jangan (menanyakan) yang bintang lima. Karena sekarang itu ada hotel bintang dua dan harganya itu pun paket selama 10 hari, bukan per hari," ujar Letkol Agus Listiyono saat dikonfirmasi awak media, Senin (20/12/2021).
"Kalau sudah paket itu maksudnya, tidak sama seperti reguler, seperti check-in lalu setelah itu check-out. Tapi justru ada nakesnya, lalu difasilitasi tes PCR pertama dan kedua, armada transportasi pengangkut dari bandara menuju hotel, sampai fasilitas keamanan itu ditanggung semua oleh hotel dengan harga paketan itu," jelasnya.
Namun Agus tak menjelaskan berapa harga paketan untuk karantina di hotel bintang dua itu.
Lebih lanjut Agus menegaskan, tidak semua pengunjung diizinkan untuk menjalani karantina di Wisma Atlet.
Tetapi hanya tiga kriteria yang diizinkan menjalani karantina di Wisma Atlet.
Yakni pegawai migran Indonesia seperti Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan Tenaga Kerja Wanita (TKW), lalu para pelajar Indonesia yang baru saja tiba usai menjalani pendidikan di luar negeri yang dibiayai pemerintah, dan terakhir yaitu Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki surat tugas bekerja di luar negeri.
"Enggak semua pengunjung yang tiba dari luar negeri itu boleh menjalani karantina di Wisma Atlet, tapi ada ketentuannya. Pertama itu PMI yang didalamnya ada TKI, TKW dan lainnya. Kedua, pelajar Indonesia yang dibiayai pemerintah belajar di luar negeri, dan terakhir ASN atau PNS yang diberi surat tugas bekerja di luar negeri, nah itu semua gratis ditanggung sama pemerintah," terangnya.
Menurutnya, para pengunjung yang baru saja tiba di Bandara Soetta tersebut terlebih dahulu akan menjalani verifikasi pada Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soetta.
Di sana para pengunjung akan menjalani verifikasi, kriteria mana yang berhak menjalani karantina pada Wisma Atlet dan menjalani karantina secara mandiri di hotel.
"Dia tidak ditawarkan di hotel karena terlebih dahulu dilihat lewat paspornya, lewat tahap pertama diverifikasi sama pihak KKP," ucapnya.(Wartakota)