GELORA.CO - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) membantah warga meninggal karena vaksin.
Hal disampaikan oleh, Sekretaris Dinkes Bone, drg Yusuf, Senin (27/12/2021).
Menurutnya insiden tersebut disebabkan oleh penyakit bawaan yang diderita.
"Ya jadi dua hari terakhir memang kita mendapat informasi lewat media maupun medsos ada dua orang warga Bone yang meninggal dikaitkan dengan vaksin," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, warga Dusun Batu Lappa, Desa Samaenre, Kecamatan Bengo, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) Seleng (80) diduga meninggal setelah divaksin.
Seleng (80) menerima vaksinasi hari Kamis (23/12/2021), kemudian hari Jumat (24/12/2021) beraktivitas seperti biasa ke tempat ibadah.
Kemudian sore menjelang malam tidak sadarkan diri, petugas puskesmas datang memeriksa, tekanan darah sangat tinggi diatas 200 milimeter air raksa (mmHg).
"Jadi dokter memberi kesimpulan, ia meninggal karena stroke pada hari Minggu pagi," tutur Yusuf.
Walaupun begitu, pihaknya mendapat keterangan dari keluarga, Seleng (80) memiliki riwayat tekanan darah tinggi, namun pada saat divaksin memenuhi syarat.
"Tekanan darah yang diperbolehkan itu maksimal 180 mmhb.
Selain warga Samaenre ada juga anak di Desa Gattareng, Kecamatan Salomekko diduga meninggal setelah vaksin.
"Anak ini menerima vaksinasi pertama tanggal (26/12/2021) Kemudian vaksinasi kedua (23/11/ 2021)," katanya.
Kesehatannya mengalami penurunan, sempat dirawat di Puskesmas dan akhirnya meninggal.
"Nah yang ingin saya sampaikan, vaksinator telah menetapkan Standar Prosedur Operasional (SOP) termasuk screening wawancara kepada penerima vaksin," jelas Juru Bicara (Jubir) Covid-19 Bone ini.
Menurutnya, kedua almarhum dan almarhumah ini memenuhi syarat untuk divaksin.
"Vaksin yang digunakan ini aman sebagaimana rekomendasi Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM," terangnya.
Yusuf mengatakan, telah divaksin sebanyak 400 ribu jiwa namun tidak ditemukan kasus meninggal.
"Artinya bukan jaminan orang tidak bermasalah, bisa saja bisa saja secara individu ada yang tidak cocok," katanya.
Lanjutnya, jika disangkutpautkan dengan vaksin, perlu ada kajian yang mendalam. (tribun)