GELORA.CO -Sisi lain di balik jawaban langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi) atas kritik Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (Waketum MUI) Anwar Abbas terkuak. Setidaknya ada dua sisi lain dari jawaban Jokowi.
Pertama soal suasana di forum di mana Anwar Abbas melontarkan kritik, yang langsung dijawab Presiden Jokowi. Kedua soal analisis gestur Jokowi saat menjawab kritik Anwar Abbas.
Dimulai dari suasana di Kongres Ekonomi Umat Islam II MUI. Perihal suasana di forum tersebut saat Presiden Jokowi menjawab kritik Anwar Abbas diungkapkan oleh Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas.
Menag Yaqut sendiri menilai pernyataan Anwar Abbas perihal ketimpangan ekonomi masyarakat di Indonesia bukan sebagai kritik. Menag Yaqut bahkan menyebut Jokowi terlihat santai menjawabnya.
"Saya melihatnya sih bukan kritik ya tapi pertanyaan, dan semua bisa dijawab dengan rileks oleh Presiden, karena yang ditanyakan memang yang sudah dikerjakan oleh Presiden," kata Yaqut kepada detikcom, Minggu (12/12/2021).
Bahkan, suasana di Kongres Ekonomi Umat Islam II MUI, saat Jokowi menjawab Anwar Abbas, disebut cukup larut. Menag berlatar belakang politisi PKB itu juga menyebut Jokowi terlihat menikmati.
"Suasana cukup cair dan Presiden sangat enjoy," sebut Menag Yaqut.
Suasana cair di acara MUI itu juga terlihat dalam sebuah foto. Dalam foto tersebut terlihat Presiden Jokowi seperti tersenyum ke arah Anwar Abbas, yang menelungkupkan tangannya.
Jokowi dan Anwar Abbas memang sama-sama mengenakan masker. Namun, Menag Yaqut menilai foto tersebut memperlihatkan betapa Anwar Abbas menaruh hormat ke Presiden Jokowi.
"Terlihat sekali, Pak Anwar Abbas menaruh hormat kepada Presiden," ujar Yaqut.
Pakar gestur, Handoko Gani, setidaknya menganalisis tiga gerakan tubuh Presiden Jokowi saat menjawab kritik Anwar Abbas. Mulai dari gestur alis, bibir hingga gerakan jari Jokowi.
Handoko Gani menjelaskan dia adalah satu-satunya instruktur ahli deteksi kebohongan dari dunia sipil yang memiliki gelar diploma di bidangnya serta terotorisasi dalam penggunaan alat layered voice analysis (LVA).
"Yang kedua wajah beliau. Wajah beliau ini kemudian kita lihat ada alis yang diangkat tinggi ke atas. Alis yang diangkat tinggi ke atas itu membutuhkan upaya otot di alis mata untuk menaikkan secara maksimal. Ini kita mengatakan sudah AU123, action unit 123, Facial Action Coding System atau FACS, itu kode yang biasa saya pakai, AU123. Dan ini sudah level e, ini maksimum. Jadi otot mata sengaja dibuat ke atas," papar Handoko kepada wartawan, Minggu (12/12/2021).
"Ini satu cara yang unik untuk menyampaikan kemarahan seseorang, karena umumnya, kalau kita bicara kemarahan seseorang, itu umumnya yang terjadi alis mata itu turun atau kita kenal dengan kode AU4, action unit 4. Itu artinya alis mata turun. Tapi ini justru AU123, jadi otot-otot di sekitar mata alis mata itu membuat alis mata naik. Ini perlu upaya yang sama kerasnya dengan menurunkan alis mata sebetulnya," sebutnya melanjutkan.
Selain alis mata, gestur bibir Jokowi juga menunjukkan kemarahan. Momen kemarahan itu, menurut Handoko, terlihat pada satu momen di mana bibir Jokowi sedikit naik.
"Kita juga melihat dari raut wajah Pak Jokowi, yang sebetulnya kita lihat jelas di gambar itu terlihat kegeraman beliau. Kita lihat dari mulutnya, bibir atas beliau ini sedikit naik sebetulnya, disebutnya AU10, action unit 10, sedikit naik," terang Handoko.
Ada satu lagi gestur Presiden Jokowi, yang menurut Handoko Gani, menunjukkan kemarahan, dan ini juga dapat dilihat secara jelas oleh masyarakat. Gestur dimaksud adalah gerakan tangan, khususnya jari Jokowi.
"Dan yang satu lagi, yang paling jelas terlihat oleh orang awam adalah gestur tangan yang dengan keras sekali menekan-nekan. Punctuation disebutnya, punctuate, atau menekankan, pressing, pointing ke dirinya, dengan keras. Ini menunjukkan level kemarahan orang. Ketika seseorang sedang marah, dia akan menunjuk-nunjuk ke depan atau dia menunjuk-nunjuk ke dirinya sendiri," tutur Handoko.
"Poinnya bukan ke arah mana. Poinnya adalah tekanan yang diberikan kepada jari tadi menunjukkan kemarahan seseorang. Jadi, dengan kata lain, itu menunjukkan kemarahan beliau atas perilaku Pak Buya (Anwar Abbas) yang menyampaikan kritikan bukan pada tempatnya dengan konten yang tidak sepenuhnya tepat," sambung dia memaparkan.
Terakhir, yang menurut Handoko, menunjukkan kemarahan Jokowi adalah kalimat yang diucapkan. Kalimat dimaksud saat Jokowi menyampaikan, 'dipikir saya nggak kepikiran'.
"Ada sebuah kalimat di terakhir itu mengatakan, 'dipikir saya nggak kepikiran'. Ini sekali lagi ini menunjukkan betapa Pak Jokowi ini marah dalam conference tersebut, 'dipikir saya nggak kepikiran'. Ini sebuah kata yang keras, yang menjawab langsung apa yang sebelumnya disampaikan," pungkas Handoko.(detik)