Selain Baliho di Pengungsian, Kini PDIP Bagikan Sembako Bergambar Puan, Pengamat: Dongkrak Elektabilitas

Selain Baliho di Pengungsian, Kini PDIP Bagikan Sembako Bergambar Puan, Pengamat: Dongkrak Elektabilitas

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Anggota Fraksi PDI Perjuangan membagikan paket sembako dengan tas bergambar Puan Maharan

Indikasinya, anak Megawati Soekarnoputri itu merupakan Calon Presiden (Capres) yang bakal diusung oleh partai tersebut

Pengamat komunikasi politik Jamiluddin Ritonga mengatakan, terkait adanya surat edaran yang mewajibkan setiap anggota fraksi membagikan sembako bergambar Puan Maharani kepada masyarakat di masing-masing daerah pemilihannya (dapil).

Hal serupa, lanjut Jamiluddin, juga dilakukan partai banteng moncong putih itu ketika memerintahkan anggotanya untuk memasang baliho dan billboard Puan Maharani bertuliskan “Kepak Sayap Kebhinekaan” dan Jaga Iman, Jaga Imun” di dapil masing-masing.

“Perintah tersebut menguatkan spekulasi, PDIP memang akan mengusung Puan Maharani pada Pilpres 2024. Upaya melibatkan fraksi PDIP melalui pembagian sembako dan pemasangan spanduk/billboard jelas dimaksudkan untuk mendongkrak elektabilitas Puan yang hingga kini masih rendah,” kata Jamiluddin.

Ia mengatakan, anggota fraksi PDIP betul-betul diberdayakan. Mereka yang berjumlah 128 orang akan dilibatkan untuk meningkatkan elektabilitas Puan dan memenangkannya pada Pilpres 2024.

Namun sayang, kata Jamiluddin, pelibatan anggota fraksi untuk meningkatkan elektabilitas Puan tampaknya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kasus pemasangan baliho dan billboard di semua penjuru negeri terbukti tidak mengerek elektabilitas Puan.

“Hal yang sama juga dikhawatirkan akan terjadi melalui gerakan pembagian sembako. Rakyat akan menerimanya dengan suka cita, namun bukan berarti mereka akan memilih Puan. Hal itu berpeluang terjadi, karena Puan tidak hadir dalam wujud nyata. Puan hanya hadir dalam bentuk gambar di bungkusan sembako,” tandas Jamiluddin.

Karena bagi Jamiluddin, pendekatan seperti itu dianggap tidak pas untuk diterapkan bagi masyarakat Indonesia. Karena masyarakat, terutama kelas bawah akan merasa tersanjung bila dapat bertemu langsung dengan orang memberikan sesuatu.

“Pertemuan langsung akan mereka nilai sebagai bentuk penghormatan. Sebagai balasannya, mereka akan dengan suka cita memberi dukungan kepada yang menghormatinya,” demikian Jamiluddin.[pojoksatu]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita