GELORA.CO -Aturan baru keamanan pangan yang diberlakukan otoritas bea cukai China membuat para produsen makanan dan minuman di beberapa negara kelimpungan.
Aturan yang dikeluarkan pada April lalu menetapkan bahwa semua fasilitas manufaktur, pemrosesan, dan penyimpanan makanan di luar negeri harus didaftarkan pada akhir tahun agar barang-barang mereka dapat mengakses pasar China.
Itu berarti hanya tersisa beberapa minggu lagi sebelum menuju 1 Januari di mana aturan tersebut resmi berlaku.
China telah mencoba menerapkan aturan baru yang mencakup impor makanan. Hal ini memicu tentangan dari eksportir.
Administrasi Umum Bea Cukai China (GACC) yang mengawasi iterasi terbaru dari aturan, telah memberikan sedikit penjelasan mengapa semua makanan, bahkan yang dianggap berisiko rendah seperti anggur, tepung dan minyak zaitun, tercakup dalam persyaratan baru tersebut.
Prosedur terperinci yang menjelaskan cara mendapatkan kode pendaftaran yang diperlukan, ternyata hanya dikeluarkan pada Oktober lalu. Sementara situs web untuk perusahaan baru diizinkan mendaftarkan diri secara online pada bulan lalu.
Para ahli mengatakan ini adalah upaya untuk lebih mengawasi sejumlah besar makanan yang tiba di pelabuhan China, dan menempatkan tanggung jawab keamanan pangan pada produsen daripada pemerintah.
Seorang diplomat Eropa yang berbasis di Beijing mencoba membantu produsen makanan dengan langkah-langkah baru. Ia mengungkapkan bahwa aturan baru yang dikeluarkan China akan mengganggu rantai pasokan besar.
"Kami sedang menuju gangguan besar setelah 1 Januari," katanya, seperti dikutip dari Reuters.
Impor makanan China telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir di tengah meningkatnya permintaan dari kelas menengah yang besar. Menurut sebuah laporan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat, nilai import China mencapai 89 miliar dolar AS pada 2019, menjadikan China pengimpor makanan terbesar keenam di dunia.
Penasihat pertanian di Delegasi Uni Eropa di Beijing, Damien Plan, mengatakan, Uni Eropa telah mengirim empat surat ke Bea Cukai tahun ini meminta kejelasan mengenai peluncuran aturan baru dan meminta lebih banyak waktu untuk implementasi.
Namun, GACC belum memberikan komentarnya, termasuk soal mengapa tidak memberi produsen makanan lebih banyak waktu untuk bersiap.
Pekan lalu, GACC setuju bahwa implementasi hanya berlaku untuk barang yang diproduksi pada atau setelah 1 Januari, yang secara efektif memberikan penundaan untuk produk yang sudah dikirim, kata diplomat Eropa, meskipun belum menerbitkan pemberitahuan resmi.
Namun, beberapa diplomat dan eksportir mengatakan mereka melihat aturan tersebut sebagai hambatan perdagangan untuk produk luar negeri.
Direktur eksekutif Asosiasi Perdagangan Pertanian Amerika Serikat Barat (WUSATA), Andy Anderson, sebuah kelompok perdagangan yang mempromosikan ekspor makanan AS, mengatakan ini adalah hal yang paling kejam yang dilakukan China.
“Kami tidak pernah memiliki sesuatu yang sekejam ini dari China,” katanya, menambahkan bahwa aturan itu sebagai "penghalang perdagangan non-tarif". (RMOL)