GELORA.CO - Para pengamat China ikut mengomentari rencana kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Indonesia, Malaysia, dan Thailand yang akan berlangsung mulai Senin hingga Kamis (13-15 Desember).
Menurut situs web Departemen Luar Negeri AS, topik kunjungan resmi Blinken akan berkisar pada sejumlah topik termasuk menekankan pentingnya kemitraan antara AS dan ketiga negara anggota ASEAN tersebut, membangun rantai pasokan yang tangguh, pemulihan ekonomi pascapandemi, dan mengatasi masalah Myanmar.
Samentara para ahli China berpendapat bahwa tujuan sebenarnya perjalanan Blinken adalah untuk lebih memaksa ASEAN untuk memihak antara China dan AS, karena semakin waspada karena hubungan blok tersebut dengan China yang memanas baru-baru ini.
Koh King Kee, Presiden Center for New Inclusive Asia in Malaysia mengatakan akan sulit bagi AS untuk melakukan misi tersebut, terutama di Malaysia.
"China telah menjadi mitra dagang terbesar Malaysia selama 12 tahun berturut-turut. Dan Malaysia, sebagai mitra dagang terbesar kedua China di antara negara-negara ASEAN, perlu menarik investasi asing, terutama dari China, untuk membantu pemulihan ekonomi akibat dampak pandemi Covid-19," kata Koh, seperti dikutip dari Global Times, Minggu (12/12).
Koh juga mengatakan bahwa negara ASEAN akan berkaca pada penarikan pasukan AS dari Afghanistan ketika mereka memilih apakah akan untuk bersekutu dengan Washington.
"Anggota ASEAN kemungkinan besar akan mengambil isyarat dari penarikan AS yang kacau baru-baru ini dari Afghanistan tanpa berkonsultasi dengan sekutunya. Di mata banyak orang, AS adalah negara adidaya yang mementingkan diri sendiri yang tidak dapat dipercaya," katanya.
Sementara Chen Xiangmiao, asisten peneliti di Institut Nasional untuk Studi Laut Cina Selatan, mengatakan bahwa strategi Indo-Pasifik AS telah menjadi kekhawatiran yang berkembang bagi negara-negara ASEAN yang melihatnya sebagai faktor destabilisasi perdamaian regional.
"Contoh terbaru adalah kemitraan keamanan trilateral AUKUS antara AS, Inggris dan Australia," katanya.
Koh sebelumnya mengatakan bahwa AUKUS adalah front persatuan yang dipimpin AS dan komponen tambahan dari Strategi Indo-Pasifiknya untuk menahan China. Tetapi, katanya tidak ada negara ASEAN yang kemungkinan akan bergabung dengan 'NATO Asia' yang dipimpin AS. (rmol)