GELORA.CO -Latar belakang pembangunan Rumah Sakit (RS) Bali Internasional, yang disebutkan Presiden Joko Widodo untuk menurunkan jumlah masyarakat yang berobat ke luar negeri, mendapat respon dari kelompok kesehatan.
Salah satunya disampaikan epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, yang menilai keliru latar belakang pemerintah membangun RS Bali Internasional.
Pandu memandang, apabila jumlah masyarakat yang berobat ke luar negeri benar-benar mencapai 2 juta orang, seperti data yang disampaikan Jokowi, maka seharusnya yang dilakukan pemerintah bukan membangun sebuah rumah sakit berkelas dunia.
"Kalau benar ada dua Juta WNI berobat ke Luar Negeri, solusinya bukan bangun RS Internasional di Bali, tapi menekan jumlah penduduk yang sakit," ujar Pandu melalui akun Twitternya, Senin (27/12).
Bagi Pandu, orang-orang yang memilih berobat ke luar negeri tujuan utamanya bukan ingin menyembuhkan penyakitnya, tetapi ingin bersenang-senang.
Sehingga, dia menyatakan bahwa kelompok masyarakat yang berobat ke luar negeri sudah bisa dipastikan adalah orang mampu, yang ekonominya masuk kelas atas.
Pandu meyakini, mereka yang masuk golongan mampu bakal tetap memilih berobat ke luar negeri, sehingga Bali tidak menjadi pilihan masyarakat kelas atas.
"Orang berduit atau berkuasa akan tetap berwisata ke LN sambil berobat atau coba-coba berobat ke LN, bukan ke Bali," demikian Pandu. (RMOL)