Muktamar NU Ricuh, KH Luhtfi Bashori: Aswaja kok Preman, Sedih Nontonnya

Muktamar NU Ricuh, KH Luhtfi Bashori: Aswaja kok Preman, Sedih Nontonnya

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Kiai NU menyoroti kericuhan yang terjadi di arena Muktamar NU ke 34 di Lampung. Prihatian dengan kericuhan membahas agenda tata tertib sidang muktamar ini jadi perhatian oleh KH Luthfi Bashori. Sampai-sampai kiai itu nulis postingan Aswaja kok preman perilakunya.

Dalam postingannya di media sosial, KH LUhtfi yang bermukim di Malang ini mengkritik kalangan Aswaja tapi kok preman perilakunya.

Saat sedang ramai kericuhan Muktamar NU di Lampng, KH Lutfhi merespons postingan di akun media sosialnya, dari Instagram sampai Facebook.

Mukamar NU ricuh, aswaja kok kelakuan preman

Nada sindiran KH Luhfti itu dengan analogi buah semangka.

“BUAH SEMANGKA ITU, Kulitnya Hijau, Dagingnya Merah. Bajunya Hijau, Hatinya Merah. Tampilannya Aswaja, perilakunya Preman. Kok bisa-bisanya ‘bentrok’ di arena musyawarah Ulama. Prihatin & sedih menontonnya,” tulis KH Luthfi pada postingannya dikutip Kamis 23 Desember 2021.

Kemarin malam dalam pembahasan sidang pleno tata tertib Muktamar NU, terjadi kericuhan.

Ketegangan yang berujung kericuhan itu saat pembahasan Pasal 3 tentang kuorum.

Ketua sidang pleno, M.Nuh diprotes oleh peserta muktamar dari Gorontalo. Muktamirin ini meminta pimpinan sidang untuk membacakan semua saja yang hadir dalam Muktamar.

Ribut soal pasal absah pengurus

Peserta dari Gorontalo protes sebab ada beberapa pimpinan cabang sudah melaksanakan Musyawarah Cabang tapi belum mendapakkan SK dari PBNU. Makanya peserta dari Gorontalo itu meminta pimpinan sidang untuk membacakan saja semua peserta yang hadir di arena Muktamar NU.

Pimpinan sidang menawarkan pasal soal aturan keabsahan penguruw wilayah, pengurus cabang dan pengurus cabang istimewa yang punya hak suara sebaiknya di bahas di akhir saja, dengan dalih supaya pembahasan pasal lainnya tidak tertunda.

Namun muktamirin nggak mau, mereka minta pasal soal keabsahan pengurus NU itu dibahas di awal sampai akhir.

Nah perbedaan ini kemudian menimbulkan ketegangan, muktamirin berdiri, saling teriak denga muktamirin lain, berujung kericuhan. Fakta di lapangan terjadi dualisme kepengurusan PWNU gitu, beberapa ada yang belum mendapatkan SK. [hops]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita