Kendala Pembangunan Terowongan Kereta Cepat, 33 Ahli Didatangkan dari China

Kendala Pembangunan Terowongan Kereta Cepat, 33 Ahli Didatangkan dari China

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -  Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia Cina atau KCIC Dwiyana Slamet Riyadi membeberkan sejumlah kendala yang masih dihadapi dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung. Salah satunya yaitu kendala dalam pembangunan tunnel 2 atau terowongan yang bakal dilalui kereta.

"Ini lebih ke kondisi geologinya, karena masuk clay soil area [tanah liat]," kata Dwiyana, dikutip dari tempo.co, Rabu (29/12/2021).

Menurutnya, seluruh infrastruktur yang dibangun di proyek ini memang harus bisa menopang kecepatan kereta yang mencapai 350 kilometer per jam. Hal ini mengharuskan semua aspek pembangunan harus dilakukan dengan cermat. "Harus presisi dan ketat," kata dia.

Di sisi lain, total ada 13 terowongan dalam proyek ini dan yang jadi kendala hanya tunnel 2 yang membutuhkan penanganan khusus. Walaupun situasi ini wajar dari pembangunan kereta cepat, tapi Dwiyana menyebut perusahaan benar-benar mencari solusi untuk menyelesaikan kendala ini.

Salah satunya, perusahaan mendatangkan 33 ahli terowongan langsung dari China untuk membantu menyelesaikan kendala ini dan dibantu oleh sejumlah ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB). "Terakhir, 17 ahli grouting untuk membantu terkait dengan penyelesaian masalah clay soil," kata dia.

Masalah terowongan ini hanya satu dari sejumlah kendala yang sedang dihadapi KCIC. Di luar itu, ada beberapa kendala lain seperti relokasi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN di daerah Bandung dan preloading supgrade di daerah Karawang, Jawa Barat.

Tapi secara umum, progres pengerjaan kereta cepat saat ini sudah mencapai 79 persen. Meski menghadapi sejumlah kendala, Dwiyana optimistis target operasional yang sudah ditetapkan bisa tercapai yaitu Desember 2022. "Kami berusaha semaksimal mungkin di tengah kendala yang ada," ujarnya.

Hingga akhir 2021 ini, Dwiyana melaporkan kalau pengerjaan kereta cepat ini sudah memasuki tahap Operational and Maintenance Readiness. Di dalam tahap ini, beberapa pengerjaan mulai dilakukan seperti pemasangan bantalan rel beton yang dimulai perdana hari ini hingga pemasangan rel besi di atas bantalan tersebut.

Proyek kereta cepat ini punya trase sepanjang 142,3 kilometer. Nantinya, pemasangan bantalan rel akan dilakukan paralel dengan pemasangan rel besi di atasnya. Rel yang dipakai untuk kereta cepat ini memiliki standar UIC 60 atau R60 yang setiap batangnya memiliki panjang 50 meter.

Saat ini, seluruh batang rel sedang dalam proses welding di Depo Tegalluar, Cileunyi, Jawa Barat, untuk disambung menjadi sepanjang 500 meter per batangnya. Tujuannya adalah untuk meminimalisir sambungan, sehingga kereta dapat melintas dengan lebih aman dan nyaman.

"Seluruh batang rel tersebut akan dipasang dalam waktu dekat seiring dengan selesainya pengerjaan konstruksi," ungkap Dwiyana.

Selain proyek ini digarap oleh konsorsium perusahaan Indonesia dan Cina, pengerjaannya pun digarap bersama. Di tahap pembuatan bantalan rel di daerah Dawuan, Purwakarta misalnya, proses produksi 49 persen pertama dilakukan oleh Sinohydro Engineering Bureau & Co, Ltd, BUMN Kontraktor Cina.

Lalu, sisa pengerjaan 51 persen dikerjakan oleh PT Waskita Karya Beton Tbk, anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. KCIC menganggap ini sebagai sebuah proses alih teknologi dari Cina ke Indonesia. Setelah Wijaya Karya menyelesaikan bantalan rel, pemasangan di jalur kereta akan dilakukan Sinohydro.

Sinohydro berperan untuk menyediakan sejumlah peralatan yang dibutuhkan untuk pemasangan bantalan rel. Bahkan, termasuk menyediakan informasi seputar komponen bantalan rel yang lebih kuat hingga penanganan terhadap komponen ini.

Walau yang bertanggungjawab memasang adalah Sinohydro, tapi operator yang terlibat adalah pekerja Indonesia. 

Menurut Dwiyana, beberapa lokasi pengerjaan komponen proyek sebenarnya banyak diisi pekerja lokal. Contohnya di lokasi Casting Yard 1, satu di antara tiga Casting Yard, yang sebagian besar merupakan pekerja Indonesia.

"Ini bagian concern kami di luar transfer of technology, bagaimana penyerapan tenaga kerja. Jadi sebelum kereta cepat beroperasi pun, ada kontribusi pada ekonomi masyarakat sekitar," ujarnya. [bisnis]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita