Kekhawatiran Sri Mulyani: 2045 Akan Banyak Orang Kesepian

Kekhawatiran Sri Mulyani: 2045 Akan Banyak Orang Kesepian

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memendam kekhawatiran akan masa depan. Ketika digital teknologi melaju kencang banyak manusia yang akan terancam kesepian.

Demikianlah disampaikan Sri Mulyani dalam acara Indonesia Fintech Summit 2021 "Fintech for Faster Economic Recovery" yang disaksikan secara virtual, Sabtu (11/12/2021)

"Nanti akan muncul dunia virtual, everything so fast, dan ada dunia realitas. Saya khawatir 2045 banyak orang kesepian karena enggak bisa masuk ke dunia dimensi virtual dan left di dunia reality dan dia gak bisa enggage," jelasnya.

Hal ini memang dimungkinkan terjadi. Apalagi ketika digital teknologi terus berkembang. Lihat saja saat ini, ada masyarakat di kota besar yang tidak mampu beradaptasi dengan teknologi sehingga tertinggal atau bahkan keluar dari komunitasnya.

Sekarang, kata Sri Mulyani beberapa bank di negara Eropa tidak lagi memberikan pelayanan secara personal. Nasabah bisa menggunakan teknologi yang tersedia. Tidak seperti sebelumnya yang menyediakan teller ataupun customer service.

Sri Mulyani memperkirakan hal yang sama juga akan terjadi di banyak negara lainnya. Termasuk negara berkembang seperti Indonesia. "Nanti ya kalau mau dilayani secara personal dikenakan biaya yang mahal," ujarnya.

Digital teknologi bila dimanfaatkan dengan baik, baik dari sisi regulasi maupun edukasi kepada masyarakat, akan membawa Indonesia sebagai negara maju.

Mantan bos Bank Dunia tersebut menyampaikan penduduk Indonesia pada 2045 diperkirakan mencapai 300 juta orang dengan mayoritas kelompok muda yang di bawah 40 tahun. Mereka adalah kelompok produktif dengan mobilitas tinggi karena tinggal di daerah urban.

Aktivitas kelompok ini akan dipengaruhi oleh peranan digital teknologi, baik pendidikan, kesehatan maupun sektor keuangan. Menjadi tugas pemerintah agar keseluruhan itu bisa berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan efek negatif seperti penipuan, pencurian data hingga pencucian uang.

"Kita harus menganggap ini sebagai kesempatan untuk melakukan perbaikan," tegas Sri Mulyani. (cnbc)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita