Iklan Natal Bikin Heboh, Tampilkan Adegan Sinterklas Cium Pria

Iklan Natal Bikin Heboh, Tampilkan Adegan Sinterklas Cium Pria

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - DERETAN iklan khas Natal sudah menjadi tradisi tahunan di banyak negara. Iklan-iklan itu kerap muncul sebagai film pendek dengan kisah yang memikat.

Akan tetapi, sebuah iklan Norwegia yang menampilkan Santa Claus atau sinterklas mencium pria yang menunggunya di rumah pada malam Natal telah membuat heboh khalayak umum.

Dalam iklan layanan pos Norwegia berdurasi empat menit, seorang pria tampak sedang menulis sebuah surat untuk Santa Claus di Kutub Utara.

Pesannya berbunyi: "Yang saya inginkan untuk Natal adalah dirimu." Singkat kata, keinginan sang pria terwujud.

"Kami ingin merayakan 50 tahun penghapusan larangan hubungan sesama jenis," kata Monica Solberg, direktur perusahaan Posten, merujuk iklan berjudul When Harry meets Santa itu.

Hingga kini, pariwara tersebut telah ditonton lebih dari dua juta kali.

"Tanggapan yang sedemikian besar membuat kami sedikit terkejut. Kami sudah mengira akan ada reaksi tapi tidak sebesar ini," ujar Monica.

Selain menuai pujian, iklan tersebut juga dikritik sejumlah orang di Norwegia dan negara-negara di kawasan Skandinavia.

Beberapa di antaranya menuding iklan itu menseksualkan Santa Claus. Ada pula yang berpendapat Santa Claus tampak berselingkuh dari Nyonya Claus.

Meski demikian, sebagian besar berpendapat iklan itu mempertontonkan kisah Natal yang menyentuh.

Hal ini mencerminkan pendekatan masyarakat Norwegia terhadap hak-hak LGBT (lesbian, gay, bisexual, dan transgender) yang jauh berbeda dari negara-negara di belahan dunia lain.

Ada dua peristiwa monumental yang mengubah pandangan terhadap LGBT di Norwegia. Pertama, tatkala homoseksualitas tak lagi dikategorikan sebagai pelanggaran pidana pada 1972.

Lantas, ketika hukum di Norwegia membolehkan pernikahan sesama jenis selang 21 tahun kemudian.

Pegiat LGBT yang menikahi politisi konservatif

Individu yang dianggap berjasa dalam memperjuangkan hak LGBT adalah Kim Friele. Perempuan pegiat ini tidak henti-hentinya berjuang agar hubungan sesama sejenis diakui negara.


Semasa hidupnya, Friele pernah memaparkan kepada stasiun radio nasional NRK bagaimana pasangan sesama jenis berkumpul di klub-klub rahasia pada 1960-an. Friele juga menceritakan bagaimana mereka dihakimi oleh masyarakat.

Dia menanggapi cibiran itu dengan memberikan kuliah umum di berbagai sekolah dan universitas, serta tampil di media. Wajahnya pun kerap muncul dalam perdebatan publik.

"Kami akan menguliahi mereka, kami akan menjelaskan tentang kehidupan kami kepada mereka. Kami tidak duduk dan mendengarkan pelajaran dari buku teks mereka. Saya menjelaskan orang-orang macam apa kami ini," jelasnya.

Dalam kampanyenya, Kim bertemu dengan anggota parlemen dari kubu konservatif, Wenche Lowzow.

Belakangan mereka menjalin hubungan sebagai pasangan dan pernikahan mereka disahkan di Norwegia. Namun, hubungan ini mengandaskan karier politik Lowzow.

Pemakaman kenegaraan untuk pegiat LGBT

Sedemikian pentingnya Kim Friele, sampai-sampai ketika dia meninggal dunia pada usia 86 tahun, bulan lalu, pemakamannya berlangsung dalam sebuah upacara kenegaraan yang dihadiri keluarga Kerajaan Norwegia dan disiarkan secara langsung oleh stasiun televisi nasional.

Perdana Menteri Jonas Gahr Store memberi sambutan dalam pemakamannya dan merujuk mendiang sebagai "sosok yang hangat, bersahabat, pemberani, dan kuat yang mengubah sejarah."


Dia menggarisbawahi bagaimana Kim Friele bisa menyampaikan "ketidakadilan karena orang-orang merdeka tidak bisa mencintai yang mereka inginkan". Gahr Store juga berterima kasih kepada Kim Friele yang membuat Norwegia bisa lebih beragam.

Bagi banyak warga Norwegia, penampakan peti jenazah Kim yang berbalut warna pelangi adalah simbol betapa jauh perjalanan negara mereka dalam menghormati hak-hak LGBT. Simbol ini lebih kuat ketimbang iklan Santa Claus gay. [okz]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita