GELORA.CO - Saat ini figur seseorang lebih menentukan dibanding partai politik, dalam elektabilitas Pilpres 2024.
Hal ini terlihat berdasarkan survei yang dilakukan Indopol terkait Pilpres 2024.
"Figur kepemimpinan lebih kuat dari parpol karena terbukti dalam survei kami, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, maupun Prabowo Subianto mampu mengungguli pimpinan partai, seperti Muhaimin Iskandar, Airlangga Hartarto, maupun AHY," kata Direktur Eksekutif Indopol, Ratno Sulistiyanto, baru-baru ini.
Dalam survei terbaru, Indopol Survey & Consulting melakukan simulasi tiga pasangan capres dan cawapres dengan asumsi terbentuk tiga koalisi partai politik pengusung pada 2024.
Pada survei ini, Indopol melakukan sejumlah simulasi.
Dalam simulasi pertama, Prabowo yang dipasangkan dengan Puan sukses meraih elektabilitas tertinggi, yaitu sebesar 20,98 persen.
Pada simulasi ini, yang menjadi lawan adalah pasangan Airlangga Hartarto-Anies Baswedan (13,01 persen), dan Muhaimin Iskandar - AHY ( 6,34 persen).
Anies dan AHY dalam simulasi kali ini hanya dipasang sebagai cawapres dari Airlangga dan Muhaimin Iskandar.
Dalam simulasi selanjutnya, Anies dipasang sebagai capres yang berpasangan dengan AHY, elektabilitasnya melambung tinggi.
Elektabiltas Anies-AHY (22,85 persen) mengalahkan Prabowo-Puan (18,46 persen) dan pasangan Airlangga-Gatot Nurmantyo (5,37 persen).
"Anies kuat jika diposisikan sebagai capres. Tapi kalau hanya jadi cawapres, (dengan capresnya adalah figur pimpinan parpol (selain Prabowo) elektabiltasnya rendah,” kata Ratno.
Dalam simulasi selanjutnya, pasangan Puan-Anies hanya mendapat angka 7,40 persen, kalah telak dari Prabowo-Ganjar dengan 34,31 persen dan Cak Imin-AHY dengan 5,77 persen.
Yang menarik dalam simulasi ini terlihat pasangan Prabowo-Puan juga hanya bisa ditandingi oleh Anies sebagai capres.
Namun, jika Prabowo dipasangkan dengan Ganjar, posisi Anies meski diusung jadi capres masih tidak bisa mengalahkannya.
"Ini mengungkapkan posisi Anies akan kuat jika dia dicalonkan sebagai presiden. Sebaliknya, jika ia dicalonkan sebagai cawapres, pemilihnya akan beralih," Ratno.
Elektabilitas Prabowo Subianto Teratas, Ganjar Pranowo Posisi Kedua
Nama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menempati posisi pertama berdasarkan survei Indopol terkait elektabilitas calon presiden (capres) 2024.
Posisi kedua ada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Direktur Eksekutif Indopol Survey and Consulting Ratno Sulistiyanto menjelaskan, Prabowo Subianto memiliki tingkat elektabilitas sebesar 17,24 persen.
"Dalam pertanyaan semi terbuka, dari 23 nama yang disodorkan ke publik, Prabowo Subianto memiliki popularitas tertinggi dan sudah hampir maksimal (91,30 persen) dengan tingkat kesukaan publik
sebesar 72,28 persen dan keterpilihan sebesar 17,24 persen," kata Ratno kepada wartawan, Minggu (12/12/2021).
Sementara itu, di posisi kedua terdapat nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan tingkat elektabikitas hampir sama dengan Prabowo yakni sebesar 17,15 persen.
Posisi ketiga adalah Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan dengan keterpilihan sebesar 13,58 persen.
Kemudian ada ada nama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan persentase 5,37 persen, Sandiaga S Uno dengan 5,28 persen.
"Sementara nama-nama lain mendapatkan apresiasi di bawah 5 persen," ujarnya.
Ganjar dan Anies Kuat di Kelompok Milenial
Lembaga survei Poligov merilis hasil survei terkait peta elektoral penghujung 2021.
Direktur Eksekutif Poligov, Muhammad Tri Andika, menyampaikan bahwa selain memotret tingkat elektabilitas partai dan bakal calon presiden, survei Poligov kali ini juga memotret pandangan masyarakat tentang kondisi demokrasi dan isu perpanjangan masa jabatan presiden.
"Hasil survei Poligov menunjukkan gambaran bahwa mayoritas responden puas dengan perkembangan demokrasi saat ini (59,8%). Mayoritas responden juga tetap menginginkan Presiden dan Wapres tetap dipilih langsung oleh rakyat (97%), bukan oleh MPR atau parlemen," kata Tri Andika kepada wartawan, Selasa (14/12/2021).
Menariknya, meski mayoritas responden puas dengan kinerja pemerintahan Jokowi-Maruf sebesar 72,5%, namun mayoritas responden 65,4% tidak setuju jika masa jabatan Presiden Jokowi dan Wapres Ma'ruf Amin diperpanjang.
Dari hasil survei ini, Tri Andika yang juga sebagai Dosen Ilmu Politik Universitas Bakrie menyampaikan bahwa keberhasilan kinerja Jokowi-Maruf tidak serta merta menjadi pembenaran bagi responden untuk kemudian setuju memperpanjang masa jabatan presiden dan wapres.
Pembatasan masa jabatan presiden maksimal dua periode, tetap menjadi elemen penting dalam bayangan masyarakat agar demokrasi kita kuat.
Hasil survei kali ini juga memotret lima besar nama bakal calon presiden dengan elektabilitas tertinggi, yaitu Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Sandiaga Uno.
Dalam simulasi 12 nama tertutup, Prabowo Subianto memperoleh dukungan paling tinggi sebesar 25,5% diikuti oleh Ganjar Pranowo 19,1%, dan Anies Baswedan 18,3 %.
Menariknya, elektabilitas Ridwan Kamil sebesar 12,7% melebihi Sandiaga Uno 9,6%.
"Elektabilitas Prabowo Subianto masih yang teratas. Hal ini tidak lepas dari posisi Prabowo sebagai menhan dan capres 2014, 2019. Namun demikian, posisi Prabowo belum aman dan masih rawan tersalip oleh Ganjar dan Anies Baswedan," tuturnya.
Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan bersaing ketat.
Keduanya sama-sama besar dukungannya dari kelompok milenial (22-40 tahun).
Dikatakannya, Anies dan Ganjar akan berupaya semaksimal mungkin memanfaatkan panggung kepala daerah untuk meningkatkan elektabilitasnya.
Terlebih lagi, keduanya belum mendapatkan tiket partai.
Jadi, jika kinerja elektabilitas keduanya turun, maka tidak akan ada partai yang mau meliirik dan memberikan tiket.
"Jika tiket partai didapatkan, Ganjar dan Anies akan jadi “petarung” kuat di Pilpres 2024," katanya.
Adapun untuk posisi partai politik, PDIP masih berada di urutan pertama sebesar 27,4%, diikuti Gerindra 19,9%, Demokrat 18,3%, Golkar 10%, dan PKS 6,8%. Dari hasil ini, menariknya Demokrat mulai masuk menjadi partai tiga besar, menggeser Golkar.
Tri Andika melihat hal ini sangat dipengaruhi oleh keberhasilan Demokrat yang justru mampu memanfaatkan balik serangan politik Moeldoko, untuk semakin gencar melakukan sosialisasi politik ke masyarakat.[tribunnews]