GELORA.CO - Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengungkapkan sejumlah fakta gempa magnitudo (M) 7.4 yang terjadi di Laut Banda, Kamis (30/12/2021) dini hari. Salah satunya adalah memicu rentetan gempa.
Daryono yang menyebut gempa di Laut Banda M 7.3 ini juga mengungkapkan fakta-fakta gempa tersebut di akun Instagramnya, @daryonobmkg, Kamis pagi.
"Gempa terjadi pada pagi dini hari Kamis, 30 Desember 2021 pukul 01.25.53 WIB," tulis Daryono di fakta nomor 1.
Kemudian dia mengungkapkan pusat gempa atau episenter terletak pada koordinat 7,68° LS - 127,55° BT tepatnya di laut pada jarak 132 km arah timur Kota Tiakur, Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku dengan kedalaman hiposenter 183 km.
"Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa menengah intermediate depth earthquake) akibat adanya deformasi batuan dalam lempeng tektonik yang tersubduksi, sehingga gempa ini kita sebut sebagai 'intraplate earthquake'," ujar Daryono sebagai fakta ke tiga.
Menurutnya, sebagai fakta ke empat, gempa di Laut Banda memiliki mekanisme sumber dengan pergerakan naik (thrust fault) akibat adanya tekanan yang kuat dalam lempeng tektonik yang tersubduksi tersebut.
Sebagai fakta ke lima, Daryono menyatakan, dampak gempa berupa guncangan menunjukkan bahwa gempa ini dirasakan kuat di Tiakur dalam skala intensitas V-VI MMI, Tepa IV-V, Saumlaki IV MM), Tual, Kupang, Alor, Rote, Malaka, Atambua, Sumba III-IV MMI. Guncangan terjauh dari gempa ini dirasakan hingga di Kota Sorong, Papua Barat.
"Gempa ini tidak berpotensi tsunami dan hingga saat ini belum ada laporan adanya kerusakan yang diakibatkan oleh gempa yang terjadi," dia menambahkan fakta ke enam.
Kemudian, masih kata Daryono, gempa tidak berpotensi tsunami. Ini merupakan fakta berikutnya.
"Hasil monitoring muka laut segera setelah gempa menggunakan peralatan Tide Gauge yang dikelola oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) tidak menunjukkan adanya kenaikan muka air laut di sekitar pusat gempa yang berarti tidak terjadi tsunami," tulisnya.
Gempa ini tidak berpotensi tsunami disebabkan karena hiposenternya yang relatif dalam yaitu berada di kedalaman menengah (183 km) sehingga deformasi batuan yang terjadi tidak sampai menganggu kolom air laut. Ini menjadi fakta ke delapan.
Sementara di fakta selanjutnya, Daryono mengunkapkan karakteristik gempa Laut Banda.
"Gempa dalam lempeng (intraplate earthquake) ini memiliki karakteristik memancarkan guncangan (ground motion) yang lebih kuat, sehingga wajar jika gempa ini dirasakan hingga jauh seperti di Kota Sorong di Papua Barat," tuturnya.
Daryono juga membeberkan, hingga pukul 5.00 WIB pagi ini hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi gempa susulan sebanyak 11 kali. Magnitudo gempa susulan terbesar mencapai 5,3 dan magnitudo gempa susulan terkecil 3,9.
Dia menambahkan, lokasi sumber gempa ini secara seismisitas berada di kawasan tektonik kompleks dan seismik aktif yang merupakan zona transisi kerak benua Eurasia-kerak benua Australia. (tvOne)