GELORA.CO - Meski kerap memunculkan kontroversi, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Dudung Abdurachman, dinilai layak menjadi calon presiden pada 2024 mendatang. Jenderal Dudung dinilai punya visi kebangsaan yang sangat memahami situasi di mana Indonesia sedang krisis ideologi Pancasila.
Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR), Hari Purwanto, menyikapi pro-kontra mengenai Jenderal Dudung Abdurachman, kepada wartawan, Rabu (8/12).
"Jenderal Dudung layak menjadi Presiden tahun 2024 karena visi kebangsaannya. Jenderal Dudung juga figur militer saat ini yang sangat memahami situasi di mana Indonesia sedang krisis ideologi Pancasila," ucap Hari Purwanto.
Menurut Hari, Dudung lebih berpeluang dibanding dengan para seniornya yang lebih dulu aktif di dunia politik, yang semuanya bermasalah. Seperti Moeldoko sedang bermasalah dengan AHY dalam kemelut Partai Demokrat, Gatot Nurmantyo sangat berseberangan dengan Pemerintah, juga Wiranto yang sedang bermasalah dengan Partai Hanura.
Selain itu, lanjut Hari, Dudung sebenarnya tidak membenci Islam, maupun kelompok Islam tertentu.
"Beliau hanya mengingatkan bahaya dari paham Islam radikal. Sepertinya Jenderal Dudung ingin mengingatkan kita semua tentang ancaman itu," kata Hari.
Menjaga keutuhan NKRI dari ancaman bahaya yang muncul dari dalam tampaknya menjadi standing point Jenderal Dudung.
"Saat ini dan mendatang, Indonesia butuh sosok Jenderal yang tegas kepada siapa saja yang mengancam keutuhan NKRI, dan Jenderal Dudung adalah figur militer yang paling tepat menjadi Presiden RI," tegasnya.
Hari juga menilai, pernyataan Dudung adalah ingin mengimbau dan mengajak konsolidasi semangat kebangsaan dengan menentukan musuh bersama, yaitu kelompok radikalisme yang anti-Pancasila dan NKRI.
"Patut dipertimbangkan sosok Jenderal Dudung menjadi calon pemimpin bangsa di 2024," ujar Hari.
Jenderal Dudung menjadi pembicaraan publik usai mengaku tak pernah berdoa menggunakan Bahasa Arab, karena menurutnya, Tuhan bukan orang Arab.
"Doa saya simpel aja, ya Tuhan pakai bahasa Indonesia saja, karena Tuhan kita bukan orang Arab," ucapnya saat menjadi tamu di kanal YouTube Deddy Corbuzier.
Menurut Hari, maksud dari Jenderal Dudung itu lebih menempatkan bahwa komunikasi seseorang kepada Penciptanya dapat dilakukan dalam bahasa apapun.
Jenderal Dudung merupakan lulusan Akmil 1988 dari kecabangan Infanteri. Ia lahir pada 19 November 1965. Seusai aturan, usia pensiun Jenderal TNI maksimal 58 tahun. Berarti Jenderal Dudung akan pensiun pada November 2023 mendatang.
"Karenanya, Jenderal Dudung layak menjadi Panglima TNI pada akhir tahun 2022, dan selanjutnya ikut berkontestasi dalam Pilpres tahun 2024," tandas Hari. (rmol)