GELORA.CO - Salah seorang ibu, warga Curah Kobokan, Kabupaten Lumajang Jawa Timur, menceritakan detik-detik lahar panas erupsi Gunung Semeru, menerjang pemukiman mereka.
Curah Kobokan adalah salah satu wilayah yang terparah, akibat erupsi Gunung Semer pada Sabtu kemarin, 4 Desember 2021.
Dalam Breaking News tvOne, ibu itu yang sedang mendampingi anaknya di RS Pasirian Lumajang, mengatakan bahwa awalnya tidak ada bunyi letusan Semeru. Hanya saat itu memang kondisi banjir dan hujan.
"Tapi kok ada suara kresek langsung gelap, abis itu masuk kamar," katanya dalam program Breaking News tvOne, Minggu 5 Desember 2021.
Saat banjir besar, mereka mengaku belum mengetahui ada erupsi. Apalagi tidak ada tanda-tanda dan hanya banjir saja. Tetapi lava kemudian menerjang jembatan perak. Akhirnya mereka hanya bisa bertahan di rumah. Anak-anak termasuk yang masih kecil, dibawa ke dalam kamar untuk berusaha menghindar dari awan panas. Pintu kamar pun dikunci.
"Pintunya ditutup rapat tapi dari atas sudah amblas," katanya.
Kemudian mereka masuk ke dalam kolong tempat tidur, untuk bersembunyi. Berharap bisa menghindari terjangan awan panas yang sudah membuat kediamannya itu amblas.
"Kalau sembunyi di bawah kita masih aman di bawahnya ranjang, mungkin nggak sampai separah itu," katanya. Dia mengakui saat itu kondisinya cukup panas.
Korban di RS Pasirian
Dalam laporan tvOne, setidaknya ada 16 orang yang kini dirawat di RS Pasirian Lumajang. Mereka kebanyakan mengalami luka bakar. Awalnya ada 19 pasien, namun seorang meninggal dunia dan dua lainnya dirujuk ke RSUD Haryoto Lumajang untuk mendapat perawatan karena luka bakar yang parah.
Ada enam warga yang harus menjalani perawatan intensif di ICU. Sebab mereka termasuk yang mengalami luka bakar yanga cukup luas. Sementara 10 orang lainnya dirawat di ruang umum, dan tetap mendapat penanganan oleh pihak rumah sakit.[viva]