GELORA.CO - PT Waskita Karya Tbk (WSKT) menyebutkan akan mendivestasikan seluruh aset jalan tolnya hingga 2025 mendatang, lantaran pembangunan tol ini menimbulkan beban utang yang besar bagi perusahaan. Utang yang ditimbulkan oleh investasi jalan tol ini setidaknya mencapai Rp 53 triliun-Rp 54 triliun.
Direktur Utama Waskita Karya, Destiawan Soewardjono, mengatakan divestasi ini menjadi langkah perusahaan untuk dekonsolidasi beban utang yang tinggi ini.
"Intinya Waskita terbebani pinjaman investasi jalan tol, jadi dalam gambar kami ruas tol itu harus dilepas untuk kembalikan pinjaman tersebut. Dalam rencana kami memang demikian untuk bisa mengurangi atau selesaikan beban itu, ini yang dalam proses perjalanannya akan kita lihat tapi harapannya terus divestasi," kata Destiawan dalam konferensi pers, Kamis (4/11/2021).
Dia menyebutkan, divestasi ini menjadi poin penting dalam penataan keuangan perusahaan sehingga ke depannya utang ini tak lagi menjadi beban dalam proses bisnis perusahaan.
Namun demikian, Destiawan mengungkapkan bahwa perusahaan masih terbuka untuk melakukan investasi di jalan tol, namun hanya dalam skala minoritas saja. Seperti yang dilakukan di ruas tol Jogja-Bawen dan potensi investasi lain di ruas tol di Jawa dan Sumatera.
Hingga September 2021, Waskita sudah mendivestasikan empat ruas tol dan mendapatkan Rp 6,8 triliun dari proses tersebut. Dari proses divestasi ini, Destiawan menyebut perusahaan juga dekonsolidasi utang senilai Rp 6 triliun, sedangkan sisanya merupakan margin usaha.
"Jadi ga ada yang rugi karena ruas yang dilepas ini ruas bagus, hanya karena Covid jadi traffic saat transaksi rendah tapi prospek ke depan terhadap ruas yang dilepas sangat baik," terangnya.
Selain mendivestasikan tol miliknya, Waskita juga terus mengupayakan penyehatan keuangannya dengan dukungan pemerintah melalui penyertaan modal negara (PMN) 2021 untuk menyelesaikan proyek jalan tol.
Selain itu juga obligasi penjaminan pemerintah untuk refinancing dan tambahan modal kerja sindikasi dengan penjaminan pemerintah untuk melanjutkan dan mendorong percepatan pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang dicanangkan dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Perusahaan juga telah melakukan restrukturisasi utang bank di Waskita dan anak usaha yang telah mencapai 92,35% dari target. Dengan restrukturisasi ini, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dengan memperpanjang masa fasilitas kredit sampai dengan tahun 2026 dan mendapatkan bunga yang lebih kompetitif.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan penyebab PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) memiliki liabilitas, termasuk utang, yang cukup tinggi pada tahun buku 2019 yang mencapai Rp 93,47 triliun.
Menurut Tiko, panggilan akrabnya, beban utang yang tinggi itu mencapai puncaknya pada tahun 2019 setelah Waskita agresif mengakuisisi jalan tol dari pihak swasta sejak tahun 2015 sampai dengan 2017 lalu.
Rinciannya, utang tersebut senilai Rp 70,9 triliun yang bersumber dari pinjaman bank dan obligasi dan sekitar Rp 20 triliun utang kepada vendor.
Terlebih lagi, kondisi pandemi Covid-19 membuat perusahaan mengalami penurunan dari sisi pendapatan.
"Kenapa terjadi, tahun 2019-2020 pendapatan Waskita drop, pendapatan konstruksi dan tol yang beroperasi turunnya signifikan. Ini membuat kondisi keuangan waskita mengalami pemburukan signifikan," kata mantan Dirut PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) itu dalam Rapat Kerja di Komisi VI DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Senin (27/9/2021). (cnbc)