GELORA.CO -Puan Maharani menjadi perbincangan publik usai menanam padi bareng petani hujan-hujanan. Ketua DPR RI itu disindir dan dibela.
Aksi Puan menanam padi hujan-hujanan terjadi di area Persawahan Sendangmulyo, Sleman, DIY, Kamis (11/10). Meski hujan deras mengguyur, Puan ikut turun ke sawah untuk menanam padi bersama sejumlah petani perempuan di tengah lahan pertanian seluas 6 hektar. Menanam padi adalah salah satu rangkaian kunjungan kerja Puan.
Selama menanam bibit padi, Puan juga berdialog dengan petani. Mengenakan caping dan sepatu khas petani, Puan sesekali berbicara menggunakan bahasa jawa.
"Piro nek panen (berapa banyak kalau panen?), dijual neng endi (dijual ke mana?)" kata Puan bertanya ke para petani.
Para petani pun menjawab pertanyaan Puan. Mereka juga membicarakan sejumlah kendala yang dihadapi para petani selama ini, termasuk soal pupuk dan jalur distribusi saat panen.
Kemudian Puan juga berbincang dengan kelompok tani dan petani milenial di pematang sawah. Didampingi Wabup Sleman Danang Maharsa, Puan mendengarkan berbagai aspirasi petani sambil menikmati kacang dan ubi rebus. Puan yang berbincang dengan petani milenial juga memberikan bantuan kepada petani.
Sindiran untuk Puan
Puan Maharani menanam padi rupanya menarik perhatian mantan Menteri KKP Susi Pudjiastuti. engan emotikon tangan menelungkup, Susi menyebut biasanya petani tidak menanam padi hujan-hujanan.
"Biasanya petani menanam padi tidak hujan hujanan," kata Susi di Twitter.
Cuitan Susi disambar anggota Komisi I DPR RI Fadli Zon. Fadli Zon menyinggung 'pencitraan 4.0'.
"Belum belajar pencitraan 4.0?" kata Fadli di akun Twitter-nya.
Fadli Zon mengatakan komentarnya tersebut tak perlu dijelaskan kembali. Fadli Zon membiarkan publik menilai cuitannya tersebut.
"Tidak usah dijelasin, itu sudah sangat terang benderang," ujarnya.
Menurut Wakil Ketua DPR RI periode 2014-2019 ini, publik dapat mengimajinasikan komentarnya soal aksi Puan Maharani menanam padi saat hujan.
"Lebih bagus begitu kan, lebih artistik. Jadi orang ada imajinasi. Jangan semuanya didetailkan, dijelaskan," imbuhnya.
Pembelaan untuk Puan
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyebut Puan bersatu dengan petani sebagai salah satu representasi rakyat. "Seorang pemimpin itu harus kuat dalam ideologi Pancasila dan berdisiplin dalam gerak ke bawah, mengakar, dan memahami persoalan rakyat. Apa yang dilakukan Mbak Puan menunjukkan bagaimana ideologi bekerja dalam praktik politik turun ke bawah, termasuk menyatu bersama petani sebagai salah satu representasi rakyat Indonesia," kata Hasto.
Hasto mengatakan tindakan Puan itu mewakili PDIP untuk mengangkat harkat dan martabat kaum petani. Dia lantas menyinggung pesan Bung Karno bahwa pangan merupakan persoalan yang berkaitan dengan mati-hidupnya negeri.
Hasto pun mendorong agar para kader PDIP juga mengikuti langkah Puan untuk turun ke bawah menanam bersama para petani. Dia menyebut arahan itu juga datang langsung dari Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Seluruh kader partai terus melakukan hal-hal konkret dengan turun ke bawah, bersama petani berjuang mewujudkan Indonesia yang berdaulat di bidang pangan. Selama pandemi, partai melalui perintah Ibu Megawati Soekarnoputri terus melakukan gerakan menanam tanaman yang bisa dimakan dan tanaman pendamping beras, seperti jagung, umbi-umbian, sukun, talas, porang, pisang dll," ujarnya.
Elite PDIP lainnya, Junimart Girsang, membela langkah Puan turun ke bawah menanam padi di tengah hujan. Dia merasa heran terhadap pendapat Susi Pudjiastuti bahwa petani tidak menanam saat hujan turun.
"Saya juga pernah terjun dan ikut sebagai petani. Petani padi di kampung. Ketika hujan juga bisa bertanam padi, bercocok tanam. Jadi menjadi aneh apabila ada 'pendapat' yang mengembuskan bila hujan turun, apalagi gerimis, petani tidak bisa bertanam padi," ujar Junimart.(detik)