GELORA.CO - Nasib maskapai nasional Garuda Indonesia berada di ujung tanduk. Belitan utang ditambah situasi pandemi memperburuk kondisi keuangan maskapai pelat merah.
Bahkan Wakil Menteri II BUMN Kartika Wirjoatmodjo, mengakui dengan kondisi tersebut secara teknis maskapai Garuda Indonesia telah mengalami kebangkrutan.
Salah satu penyebab yang tengah disoroti saat ini adalah lebih mahalnya sewa pesawat yang digelontorkan Garuda. Bahkan Anggota Komisi VI Andre Rosiade menyebut sewa pesawat Garuda adalah yang termahal di dunia.
"Kita sudah dengar berkali-kali di video Pak Dirut (Irfan Setiaputra) juga ada bahwa Garuda harga sewa berkali-lipat dari harga sewa pesawat di market. Bahkan mendapat penghargaan penyewa pesawat termahal dunia," ujar Andre dalam rapat Komisi VI DPR RI, Selasa (9/11).
Tiko, sapaan akrab Wamen BUMN, juga mengakui fakta tersebut. Proporsi biaya kontrak lessor dibandingkan pendapatan sebesar 24,7 persen, atau 4 kali lipat lebih besar di atas rata-rata global.
Dari data yang ditunjukkan Tiko, tampak bahwa rata-rata sewa pesawat maskapai secara global adalah 6,1 persen. Thai Airways International Pcl misalnya, hanya di angka 7,7 persen.
Selain itu, ada ANA Holdings Inc di angka 6 persen, Air China Ltd sebesar 5,2 persen, serta Singapore Airlines Ltd di angka 4,2 persen.
Tiko mengungkapkan, penyebab utama biaya sewa pesawat Garuda Indonesia lebih mahal dibandingkan maskapai lain adalah adanya tata kelola yang buruk di masa lalu.
"Permasalahan korupsi mulai dari kerja sama yang memberatkan Garuda, mark-up nilai pesawat, dan juga kasus penerimaan suap dan pencucian uang di tahun 2011-2012," jelas Tiko.
Terkait alasan yang disampaikan Tiko, Andre Rosiade pun menantang agar Kementerian BUMN melaporkan adanya indikasi korupsi tersebut kepada KPK hingga Kejaksaan Agung. [kumparan]