Sempat Anggap Muslim Hanyalah Teror*s, Bule Ini Masuk Islam Usai Belajar Satanisme

Sempat Anggap Muslim Hanyalah Teror*s, Bule Ini Masuk Islam Usai Belajar Satanisme

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Seorang mualaf asal London mengaku mengenal agama islam usai mendalami sihir bersama komunitasnya. Bule yang berprofesi di salon itu awalnya bahkan menganggap muslim hanyalah teroris namun kini menjadi muslim membuatnya bisa menjadi pria sejati.

"Menjadi seorang muslim berarti mencoba menjadi yang terbaik. Menjadi orang terbaik untuk orang di sekitar, untuk keluarga. Ini tujuan akhir. Jadi dari yang awalnya sombong, lalu buang ego, temukan jati diri, menjadi lebih dekat dengan ibuku, berusaha ramah pada semua orang, karena hanya tersenyum saja sudah sedekah. Islam mengajarkan saya menjadi pria sejati," tutur Sam, dikutip dari kanal YouTube Renung Kalbu.

Sam saat ini sudah menjadi muslim selama lebih dari dua tahun dan telah menikah dengan perempuan muslim serta memiliki buah hati. Namun perjalanannya meraih kebahagiaan dan menjadi mualaf tak mudah.

Sejak kecil, Sam yang berasal dari Hertfordshire memiliki keluarga yang baik dan penyayang. Ayah dan ibunya sangat mencintai dirinya, serta saudara laki-laki dan perempuan yang baik. Keluarganya pun tak memiliki kekurangan finansial, namun entah mengapa Sam selalu merasa 'bentrok' dengan keluarga.

Sam menyebut dirinya sebagai seorang yang menyebabkan banyak masalah. Padahal, kedua saudaranya merupakan sosok yang berprestasi dan menjadi panutan. Di sekolahnya, Sam kerap membuat masalah dan memicu kebencian pada para guru.

"Saya selalu mendapat masalah dari guru mendapat masalah dari segala hal jadi saya selalu merasa sangat sangat berbeda dari keluarga saya. Meskipun saya memiliki peningkatan yang fantastis sehingga Anda merasa seperti Anda baik, saya selalu merasa terbuang," kenangnya.

Dari sikapnya yang selalu berbuat onar, Sam pun menjadi sosok penyendiri dengan sifat pemarah. Tak jarang, sikap kasar kerap dilakukan di hadapan kedua orangtuanya. Diakui Sam, rasa marah yang meluap itu dirasakan sejak usia muda dan bukan karena rasa cemburu pada kedua saudaranya.

"Saya hanya merasa saya merasa sangat berbeda. Saya pikir untuk diri saya sendiri saya berjuang dengan berada di pendidikan dan berada di lingkungan itu jadi saya pikir daripada belajar di sekolah, saya terus-menerus hanya main -main mencoba menjadi badut kelas, hanya harus tertawa sepanjang waktu tidak benar-benar menganggapnya terlalu serius yang jelas pada usia itu," tuturnya.

Hingga pada akhirnya guru-guru dan siswa merasa resah dengan sikap Sam. Namun, Sam pun makin menjadi-jadi sehingga malah bersikap makin agresif dan jauh lebih kasar serta tak memiliki sikap hormat pada orangtuanya.

"Saya ingat sebuah insiden, saya menyerang seorang anak laki-laki dan ketika saya pergi, saya akhirnya hanya mengacungkan jari saya ke guru pada saat itu," kata dia.

Dalami ilmu hitam

"Saya ingat baru saja mengalami ini lagi kemarahan ini dalam diri saya saya tidak pernah bisa benar-benar menentukan tetapi rasanya aneh dan kemudian saya pindah ke sekolah menengah lain dan itu justru berubah," imbuh Sam.

Saat di sekolah barunya pun Sam kerap mendapat masalah. Di masa remajanya, Sam tak memiliki panutan sehingga hanya mengidolakan rapper Eminem yang membuatnya bergaya seperti sang idola. Di sini, Sam remaja mulai mengenal dunia salon lantaran kerap mewarnai rambut seperti sang idola.

Lagi-lagi, Sam remaja malah terjerumus pada hal-hal negatif seperti rokok, obat terlarang, dan hal pemberontakkan. Sam merasa tersesat dan pasrah akan masa depannya yang suram. Ketika berhasil menyelesaikan sekolahnya, Sam mulai membantu pekerjaan ibunya di salon. Sam mendapat lingkungan baru yang membuatnya ingin mendalami hal-hal spiritual yang cenderung negatif.

"Lalu ada seorang teman, pria jahat itu melakukan ilmu hitam, orang ini melakukan ritual. Dia memberikan ayam ke lubang hitam dan ayam-ayam itu kembali tanpa kepala dan disampikan hal-hal aneh lainnya. Orang ini pada dasarnya memulai sesuatu yang spiritual menjadi jin," ujarnya.

Sam merasa tertarik namun tak begitu ingin mendalami. Namun, Sam seolah sulit lepas dari sosok pria dengan ilmu hitam itu yang membuatnya mempelajari hal-hal berbau satanisme. Tetapi, di lingkungan inilah justru Sam mulai mengenal soal Islam.

"Saya mempelajari hal-hal setanisme ini dan tidak terlalu mendalam pada segala jenis agama. Lalu suatu hari temanku mengajak nonton film berjudul shadow emotion. Di akhir film dokumenter ini dipasang kutipan alquran, hadist, dan islam. Jadi kupikirkan hal-hal tentang itu semalaman, tentang akhir zaman dan semacamnya. Jadi hal-hal spiritual yang kupelajari, menurutku, wow islam memberi pemahaman soal itu," tuturnya.

Sam yang terus menerus memikirkan kutipan Alquran dan hadist, langsung mencari tahu soal Islam. Pada dasarnya, Sam sendiri membenci muslim lantaran memiliki pemikiran bahwa muslim adalah kelompok teror dan berbahaya. Namun rupanya, Islam yang ia pelajari jauh lebih baik dan sangat indah.

"Islam satu-satunya yang terhubung dengan tauhid. Percaya pada satu pencipta," kata Sam.

"Lalu itu benar-benar 'boom', Allah benar-benar menaruh itu di hatiku. Saya sadar ada Allah dan bukan dewa asing lalu aku mulai berpikir bagaimana bisa aku tidak tahu ada tuhan?" ujar Sam lagi.

Sam pun mulai mencari komunitas Islam dan akhirnya bertemu. Setelah mempelajari lebih dalam, Sam memutuskan untuk menjadi mualaf. Ia dibantu oleh seorang teman namun kerap ditolak untuk bersyahadat, hingga Sam mulai pasrah dan akhirnya mendapat tempat yang tepat untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.

"Akhirnya saya bilang ke keluargaku bahwa saya muslim. Lalu saya bertemu seseorang muslim dan mengucapkan kalimat syahadat. Dan saya jadi muslim," tuturnya. [viva]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita