GELORA.CO - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, disebut berpeluang besar maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2024. Emil-sapaannya, dinilai layak mengejar kursi RI 1 karena memiliki modal popularitas dan elektabilitas yang mumpuni.
Peneliti Politik dan Kebijakan Publik dari Mandala Research Institute, Eko Sri Raharjo mengatakan, popularitas dan elektabilitas Emil layak bersaing dengan nama besar seperti Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
Bahkan, kata Dia, popularitas Emil mengungguli sejumlah nama besar lain seperti Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Menparekraf Sandiaga Uno, Menko Polhukam Mahfud MD, Menko Perekonomian yang sekaligus Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Mensos Tri Rismaharani, Menteri BUMN Erick Thohir, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudoyono hingga Ketua DPR RI Puan Maharani.
“Dalam sejumlah jajak pendapat atau survei publik belakangan ini, popularitas dan elektabilitas Emil hampir selalu masuk dalam peringkat lima besar,” tutur Eko melalui keterangan tertulisnya, Jumat (5/11/2021).
Menurut Eko, besarnya peluang Emil maju di Pilpres karena Dia satu-satunya kandidat yang saat ini merepresentasikan Jawa Barat.
Ditambah lagi, nama Emil relatif bersih dari terpaan berita negatif di media massa. Hal ini, menaikkan tingkat likeability atau afeksi publik terhadap dirinya.
“Dalam politik kontemporer, imaji yang positif cenderung beriringan atau ekuivalen dengan elektabilitas. Jadi bisa saja ada sosok yang popularitasnya tinggi, namun karena tidak disukai menjadi faktor ketidakterpilihannya,” beber Eko.
Bila tingkat pembangunan dan pelayanan publik di Jawa Barat membaik secara signifikan, Eko percaya, tingkat keterpilihan dan penerimaan masyarakat terhadap Emil akan terus meningkat.
Kepercayaan ini, berdasarkan pengalaman Emil di Pilgub Jabar tahun 2018. Saat itu, Emil melempar gagasan ingin ‘menyulap’ sungai Kalimalang di wilayah Bekasi menjadi seperti Sungai Cheyonggyecheon di Seoul, Korea Selatan.
“Gagasan ini contoh pemberitaan positif yang strategis dan masif sehingga nama Emil kian dikenal publik,” tukasnya.
Pada era disrupsi media digital saat ini, Eko menilai, Emil termasuk figur politik yang tenar di kalangan milenial berkat aktivitasnya di dunia media sosial.
Meski demikian, Eko menilai Emil belum boleh merasa di atas angin. Meskipun dianggap memiliki ‘seabrek’ modal politik, namun suara pemilih di Jawa Barat belum sepenuhnya jadi milik Emil.
Sebab, polaritas sosial politik yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa publik Jawa Barat masih terbelah dalam referensi politik figur yang berbeda.
“Taruhlah Prabowo Subianto dan Anies Baswedan yang boleh dibilang memiliki basis jaringan massa yang kuat juga di Jawa Barat. Ini artinya, daftar pemilik suara Jawa Barat yang mencapai sekitar 32,6 juta orang pada Pemilu 2019, belum aman di genggaman Kang Emil,” papar Eko.
Eko memprediksi, perlu faktor-faktor lain untuk merawat dan merengkuh suara di provinsi dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) terbesar di Indonesia itu, melalui posisinya sebagai Gubernur.
Pilpres 2024 masih 3 tahun lagi. Lebih baik, usul Eko, Emil fokus merealisasikan konsep dan program pembangunan serta pelayanan publik yang udah disusun sampai habis masa jabatannya.
Sehingga, secara tidak langsung, akan memoles citranya sebagai seorang pemimpin yang kompeten, kreatif dan inovatif, sekaligus disukai publik Jawa Barat.
“Jika memang Emil berencana melenggang dan bertarung dalam kontestasi politik 2024, tentunya sebagai simbolisasi dari representasi masyarakat Jawa Barat,” pungkas Eko.[suara]