GELORA.CO - Kerusuhan yang dipicu oleh pengakuan diplomatik Kepulauan Soloman terhadap China atas Taiwan dinilai oleh Perdana Menteri Manasseh Sogavare sebagai bagian dari campur tangan asing.
Dalam sebuah wawancara dengan ABC pada Jumat (26/11), Sogavare menyalahkan kekuatan lain atas kerusuhan anti-China di negaranya.
"Sayangnya, itu dipengaruhi dan didorong oleh kekuatan lain. Saya tidak ingin menyebutkan nama, kami akan membiarkannya di sana, kami tahu siapa mereka," ujarnya.
Kerusuhan di Kepulauan Solomon berpusat di sekitar dua pulau utama yang terpisah sekitar 110 kilometer, yaitu Pulau Guadalcanal yang menjadi rumah ibukota Honiara, dan Pulau Malaita.
Pemimpin Malaita, Daniel Suidani sendiri telah lama menjadi kritikus yang vokal atas keputusan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan, demi mengakui Beijing.
"Negara-negara yang sekarang mempengaruhi Malaita adalah negara-negara yang tidak menginginkan hubungan dengan Republik Rakyat Tiongkok dan mereka melarang Kepulauan Solomon untuk menjalin hubungan diplomatik dan mematuhi hukum internasional dan resolusi PBB,” tambah Sogavare.
Sejak Rabu (24/11), para pengunjuk rasa anti-China menuntut pengunduran diri Sogavare. Mereka merusak toko-toko di Chinatown, dan bahkan berkumpul di depan Kedutaan China.
Pada Kamis (25/11), Sogavare meminta bantuan Australia. Canberra kemudian mengirim 75 anggota pasukan pertahanan dan polisi federal untuk membantu mengendalikan kerusuhan. [rmol]