GELORA.CO - Partai Komunis China (PKC) diduga memainkan akun palsu atau buzzer melakukan berbagai operasi manipulatif di platform media sosial global.
Partai Komunis China (PKC) diduga telah memainkan peran utama dalam memanipulasi informasi dan media yang ada di seluruh dunia untuk mengamankan tujuannya secara tidak etis.
Sebuah laporan dari Hong Kong Post yang dikutip ANI News pada Jumat (26/11) mengungkap bahwa PKC telah menggunakan cara dan alat yang tidak bermoral dan tercela untuk menyebarkan informasi yang mereka inginkan.
Kendati begitu, karena kurangnya bukti, maka sulit untuk menunjukkan keterkaitan PKC dalam kampanye disinformasi di seluruh dunia.
Walau demikian, penyelidikan skala besar tengah dilakukan.
“Rusia pernah terlibat dalam kampanye disinformasi yang agresif menjelang pemilihan AS 2016. China berada di jalur yang sama selama beberapa tahun terakhir,” jelasnya.
“Namun, penyelidikan dan penghapusan akun palsu membantu mengungkap gambaran sebenarnya,” lapor media tersebut.
Disebutkan, saat ini ada bukti bahwa pasukan pro-China telah secara aktif melakukan berbagai operasi manipulatif di platform media sosial global.
Berbagai investigasi pada masalah yang sama menunjukkan bahwa ada sejumlah besar operasi dan aktivitas yang mengarah pada dampak penting dalam politik dunia, hasil pencarian global, dan pengguna ponsel di seluruh dunia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oxford Internet Institute dari Inggris pada Mei, lebih dari 26 ribu akun Twitter terlibat dalam peningkatan unggahan oleh diplomat atau media pemerintah China.
Bahkan kegiatan amplifikasi dilakukan hampir 200 ribu kali. Namun akun-akun tersebut ditangguhkan karena memanipulasi konten.
Hong Kong Post melaporkan, akun Twitter tersebut hadir dalam berbagai bahasa. Di Inggris, sebagian besar cuitan yang di Retweet oleh Dutabesar Liu Xiaoming berasal dari akun palsu yang kemudian ditangguhkan oleh Twitter.
Laporan menyebut PKC juga memiliki 10.570 saluran Youtube yang ditangguhkan dan dihapus. Saluran tersebut terlibat dalam terlibat dalam operasi pengaruh terkoordinasi yang terkait dengan China.
Untuk propagandis Cina, YouTube tampaknya menjadi platform pilihan mereka.[pojoksatu]