Panas! Uni Emirat Arab Serukan Warganya Tinggalkan Lebanon Segera

Panas! Uni Emirat Arab Serukan Warganya Tinggalkan Lebanon Segera

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) menyerukan seluruh warganya yang berada di Lebanon untuk segera meninggalkan negara tersebut. 

Seruan ini disampaikan setelah pemerintah UEA menarik duta besarnya di Lebanon terkait pernyataan seorang menteri Lebanon tentang perang Yaman.

"Mengingat kejadian saat ini ... Kementerian Luar Negeri meminta semua warganya di Lebanon untuk kembali ke UEA sesegera mungkin," kata Kementerian Luar Negeri UEA dalam sebuah pernyataan seperti diberitakan kantor berita AFP, Senin (1/11/2021).

"Kementerian telah mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memfasilitasi kembalinya warga," imbuh kementerian.

Sebelumnya, dalam sebuah wawancara yang direkam pada bulan Agustus dan ditayangkan minggu ini, Menteri Informasi Lebanon George Kordahi mengatakan kelompok pemberontak Houthi di Yaman hanya "membela diri ... melawan agresi eksternal".

Komentar ini memicu pertikaian diplomatik antara Beirut dan negara-negara Teluk Arab.

Diketahui bahwa koalisi militer pimpinan Saudi yang termasuk UEA, melakukan intervensi untuk membantu pemerintah Yaman pada 2015, setelah pemberontak Houthi merebut ibu kota Sanaa pada 2014.

Arab Saudi pada hari Jumat (29/10) menarik duta besarnya dari Lebanon dan menangguhkan semua impor dari negeri itu. Pemerintah Saudi juga mengusir duta besar Lebanon, memberinya waktu 48 jam untuk meninggalkan Saudi.

Bahrain dan Kuwait kemudian mengambil langkah serupa, dan UEA pada Sabtu (30/10) juga menarik diplomatnya dari Beirut dalam "solidaritas" dengan Riyadh.
Kementerian Luar Negeri Saudi mengatakan langkah tersebut diambil setelah pernyataan menteri Lebanon yang "menghina" tentang perang Yaman, tetapi juga karena pengaruh gerakan Syiah Lebanon yang didukung Iran, Hizbullah.

Krisis diplomatik ini merupakan pukulan baru bagi Lebanon, sebuah negara yang tengah mengalami kekacauan keuangan dan politik, di mana pemerintahannya yang rapuh berjuang untuk mendapatkan bantuan internasional, termasuk dari negara-negara Arab yang kaya.(detik)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita