Oleh: Tri Wibowo Santoso*
JANGAN percaya pollsterRp. PollsterRp adalah Lembaga survey politik (pollster) yang menjual kredibilitas keilmuannya hanya untuk sekedar cari makan (Rp). Di Indonesia, hampir seluruh Lembaga survey politik besar masuk ke dalam jenis pollsterRp.
Saya akan berikan contoh kasus bagaimana lembaga-lembaga survey membongkar jati dirinya sebagai pollsterRp.
Contoh pertama. Kejadiannya pada saat menjelang Pilpres 2014. Cukong-cukong besar mulai membiayai lembaga-lembaga survey agar Jokowi dapat dicalonkan PDI-Perjuangan sebagai calon presiden.
Kabarnya saat itu LBP biayai tiga lembaga survey. Eddy Saryaatmadja biayai tiga lembaga survey. Dan tiga lembaga survey lainnya dibiayai oleh James Riyadi. Total sembilan lembaga survey.
Jadi taktik pollsterRp ini adalah dengan jalan memanipulasi pimpinan PDI-Perjuangan. Mereka dengan gencar melobby para petinggi PDI-Perjuangan agar mencalonkan Jokowi sebagai capres. Dikatakan bahwa bila PDI Perjuangan mencalonkan Jokowi maka akan mendapatkan Jokowi Effect. Jokowi effect ini disebut-sebut akan mengatrol suara PDI-Perjuangan naik hingga 35 persen suara DPR.
Faktanya, ternyata perolehan suara PDI-Perjuangan di 2014 hanya 18,95 persen. Tidak sampai 35 persen seperti disebut-sebut oleh para pollsterRp. Selisih suara PDI-Perjuangan antara proyeksi pollsterRp dan hasil yang sebenarnya mencapai 17 persen. Bila dibagi dengan margin of error 2,5 persen, maka kesalahan prediksi pollsterRp sekitar tujuh kali lipat dari margin of error.
Tapi mungkin karena akhirnya Jokowi tetap menang Pilpres 2014. Manipulasi bertemakan “Jokowi Effect” oleh para pollsterRp tidak begitu dihiraukan oleh petinggi PDI-Perjuangan saat itu.
Contoh kedua. Terjadi pada saat Pilkada DKI tahun 2017. Saat itu cukong-cukong yang sama memutuskan untuk memenangkan Ahok. Dikatakan oleh pollsterRp, pada putaran kedua Ahok akan menang dari Anies dengan selisih suara 2 hingg 4 persen
Faktanya jauh sekali. Pada putaran kedua Pilkada DKI tahun 2017, Anies mendapatkan suara 57,9 persen, sementara Ahok hanya mendapatkan suara 42 persen. Selisihnya dari prediksi pollsterRp adalah 15,9 persen ditambah 2 hingga 4 persen atau total sekitar 18 hingga 20 persen.
Bila dibagi dengan margin of error 2,5 persen, maka kesalahan prediksi para pollsterRp mencapai delapan kali lipat dari margin of error.
Dalam ilmu statistik, bila terjadi kesalahan proyeksi hingga 1 margin of error itu lumrah. Namun bila kesalahan proyeksi mencapai hingga 7 hingga 8 kali margin of error dan berulang, itu jelas tidak wajar.
Dapat diduga bahwa terjadi rekayasa data atau manipulasi lainnya dalam melakukan proyeksi hasil survey yang sangat jauh melenceng tersebut. Dan kita tahu, atas nama uang (Rp) segala rekayasa dan manipulasi tentu sangat mungkin terjadi.
Dan kini, para pollsterRp ramai-ramai mengatrol elektabilitas Ganjar Pranowo sebagai capres. Kita bisa melihat dengan jelas ke mana para cukong yang biasa membiayai pollsterRp sekarang berpihak. Dikatakan oleh pollsterRp bahwa elektabilitas Ganjar sudah mencapai belasan persen. Apa benar? Sangat meragukan!
Karena bila menggunakan asumsi bahwa manipulasi yang serupa di tahun 2014 dan 2017 juga dilakukan saat ini (kesalahan 7 hingga 8 kali margin of error), maka elektabilitas Ganjar yang sebenarnya mungkin hanya sebesar 2 persen.
*) Penulis adalah Direktur Eksekutif IndoParameter