GELORA.CO - Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Riau (Unri), Syafri Harto membantah dirinya telah melakukan pelecehan seksual terhadap LM (21 tahun), mahasiswi jurusan Hubungan Internasional di kampusnya pada Kamis, 27 Oktober 2021 lalu.
Didampingi istrinya saat konferensi pers hari Jumat (5/11/2021), Syafri bahkan siap untuk ritual sumpah pocong dan bahkan sumpah muhabalah dengan Alquran.
"Jangankan sumpah pocong, sumpah muhabalah pun saya beran," ujar Syafri.
Syafri membantah dengan keras semua yang diucapkan oleh LM dalam video yang beredar. Misalnya soal tidak ada orang lain saat bimbingan skripsi berlangsung.
"Pada saat mahasiswi itu bimbingan, ada staf saya (bernama) Ayu yang sebentar-sebentar bolak-balik membawa berkas untuk tanda tangan dan disposisi. Jadi saat bimbingan itu saya bukan berdua dengan mahasiswi tersebut, tapi ada staf lain keluar masuk. Pintu juga dalam keadaan terbuka," aku Syafri.
Karena merasa nama baiknya tercemar, Syafri pun lantas berniat melaporkan LM serta admin akun Instagram @komahi_ur yang menyebarkan video pengakuan LM ke polisi dan menuntut mereka masing-masing Rp10 miliar.
Syafri juga bertekad mempolisikan aktor di balik video tersebut yang mengaitkan kasus ini dengan pemilihan rektor Unri 2022.
"Saya juga akan cari aktor intelektual di balik mereka," ujar Syafri.
Anggap LM seperti Anak Sendiri
Dalam pengakuan LM, setelah kasus ini merebak, Syafri kemudian mencoba menghubungi keluarga LM lewat perantara dan mengaku kalau dia mencium LM karena menganggap LM sebagai anak sendiri.
"Bapak Syafri Harto mencoba menghubungi keluarga saya dengan perantara. Namun beliau berdalil dan mengatakan bahwa ia mencium saya hanya sebagai anak. Keluarga saya membantah dan memarahi perantaranya tersebut, 'Kalau memang nganggap anak, kenapa harus minta bibir. Kenapa harus berkata 'mana bibir, mana bibir?' Apakah perkataan orang tua kepada anak harus seperti itu?" kata LM.
LM baru berani membongkar kasus ini setelah seminggu merasakan trauma berat.
"Sudah seminggu setelah kejadian akhirnya saya baru berani speak up atas kasus yang saya alami. Kasus ini harus saya angkat. Saya harus mendapatkan keadilan. Untuk seluruh wanita di luar sana, siapapun kalian, kalian harus berani untuk menyampaikan perbuatan keji yang mereka lakukan terhadap kamu," ujarnya.
Menurut LM, ia dilecehkan secara seksual oleh Syafri Harto pada Rabu siang (27/10/2021), sekitar pukul 12.30 WIB.
"Saya ingin menemui Bapak Syafri Harto untuk bimbingan proposal skripsi. Saya melakukan bimbingan proposal skripsi di ruangan dekan FISIP Unri. Di dalam ruangan tersebut kami hanya berdua, tidak ada orang lain di dalam ruangan tersebut selain kami," terang LM.
Bilang 'I love you'
LM mengatakan, Syafri awalnya bertanya padanya tentang pekerjaan dan kehidupannya. Namun hal itu membuat ia tidak nyaman. Apalagi, Syafri, kata LM, sampai bilang 'I Love You' kepadanya.
"Beberapa kali Pak Syafri Harto mengatakan kata-kata yang membuat saya tidak nyaman. Seperti, ia mengatakan, 'I love you', yang membuat saya merasa terkejut dan tidak bisa menerima perlakuan bapak tersebut," ujar LM.
Setelah bimbingan selesai, LM mengaku berpamitan dengan Syafri. Namun saat pamit, LM mengaku bahunya digenggam oleh Syafri dan badannya didekatkan dengan badan Syafri. LM juga mengaku dicium di bagian pipi dan keningnya oleh Syafri.
"Lalu beliau menggenggam kepala saya dengan kedua tangannya. Setelah itu beliau mencium pipi sebelah kiri saya, dan mencium kening saya. Saya merasa sangat ketakutan dan saya langsung menundukkan kepala saya, dan bapak Syafri Harto segera mendongakkan kepala saya," jelas LM.
Incar Bibir Korban
Tak sampai di situ, lanjut LM, Syafri juga diduga ingin mencium bibir LM.
"Dan dia berkata, 'Mana bibir, mana bibir' yang membuat saya sangat terasa terhina, membuat saya terkejut, saya ketakutan. Namun setelah saya mendorong bapak Syafri Harto, ia mengatakan, 'Ya udah kalau gak mau'. Saya langsung buru-buru meninggalkan ruangan dekan, saya langsung meninggalkan kampus dengan keadaan yang sangat gemetar," kata LM.
Akibat apa yang dialaminya, LM pun kini mengalami trauma yang sangat berat.
"Saya merasa ketakutan dan merasa sangat dilecehkan oleh Bapak Syafri Harto. Saya mengalami trauma yang sangat berat akan perlakuan yang tidak pantas yang dilakukan bapak Syafri Harto kepada saya," katanya.
Mengadu Malah Diintimidasi
Setelah dugaan pelecehan seksual itu, LM lantas mengadukan kasus ini kepada salah satu dosen HI. Dosen itu adalah seorang dosen pria.
"Saya meminta beliau untuk menemani saya untuk menemui ketua jurusan untuk mengadukan kasus ini dan bisa mengganti pembimbing proposal saya," ujar LM.
Akan tetapi, saat akan mengadu ke kepala Program Studi Hubungan Internasional, LM justru diminta untuk bertemu dulu dengan Syafri Harto oleh dosen tersebut.
"Namun ketika hari saya hendak bertemu dengan ketua jurusan, ia menyuruh saya untuk bertemu dulu dengan dirinya sebelum saya menjumpai ketua jurusan. Walaupun saya sudah sampai di rumah ketua jurusan, ia menyuruh saya putar balik untuk menemui dia terlebih dahulu di sebuah kedai kopi," kata LM.
Alih-alih dibela dan ditolong, LM justru dipersulit dan diintimidasi oleh dosen yang kepadanya ia mengadu.
"Di sana ia mencoba melakukan penekanan-penekanan kepada saya untuk tidak memberi tahu ketua jurusan mengenai kasus ini. Ia mengancam saya dengan kata-kata seperti 'Jangan sampai gara-gara kasus ini Bapak Syafri Harto bercerai dengan istrinya'. Dia juga menegaskan bahwa saya hanya disuruh bersabar saja, tabah saja, tanpa perlu mempermasalahkan pelecehan seksual yang sangat besar yang telah menimpa saya ini," kata LM.
Dosen yang dimintai bantuan oleh LM itu justru membela Syafri Harto alih-alih menolongnya untuk mengungkap kasus ini.
"Beliau berusaha menghalangi saya untuk mendapatkan keadilan atas perlakuan bapak Syafri Harto kepada saya. Lalu, di hari itu juga, selepas salat Jumat, akhirnya kami bertemu, didampingi oleh dosen yang berusaha mencegah saya tadi. Di sana, ternyata, yang awalnya saya kira bapak tersebut melindungi saya, namun nyatanya tidak. Di depan ketua jurusan ia mencoba menyalahkan saya atas kecerobohan saya yang tidak menggunakan SK dalam melakukan bimbingan proposal. Dia mementingkan persyaratan SK ketimbang pelecehan seksual yang saya terima dari Bapak Syafri Harto. Berulang kali dia mencoba menjatuhkan saya, mencoba menyalahkan saya di depan ketua jurusan. Bahkan, ia sempat beberapa kali mengayunkan kakinya seolah-olah ia marah terhadap pernyataan saya," lanjut LM.
LM mengaku sangat tertekan saat itu. Hingga ia terpaksa menyampaikan pengakuan yang sama sekali tidak sesuai kenyataan.
"Saya merasa sangat tertekan dan sehingga saya sangat merasa diintimidasi terhadap pernyataan tersebut. Dan ketika ketua jurusan menanyakan kasus ini, saya terpaksa menyatakan hal-hal yang harusnya tidak saya sebut karena saya telah diintimidasi dan ditekan oleh bapak tersebut untuk tidak speak up tentang ini. Dia juga mengatakan bahwa bapak Syafri Harto melakukan ini bukan karena kebiasaan, melainkan karena aksidental, kekhilafan saja," ujar LM.
Yang menyedihkan, dosen yang dimintai bantuan oleh LM justru tertawa bersama Ketua Jurusan HI di hadapannya.
"Ada beberapa statement yang mereka berdua katakan, 'Saya tidak mungkin kan menyebut kalau ini dicium saja'. Dan mereka berdua tertawa akan hal itu di depan saya yang telah mengalami pelecehan seksual yang mereka tidak merasakan sendiri betapa pedihnya harga diri diinjak-injak," ujarnya.
LM mengatakan, upayanya untuk speak up tidaklah mudah. Apalagi, orang-orang di FISIP Unri justru diduga melindungi Syafri.
"Saya merasa tidak ada perlindungan dari pihak jurusan. Dan ada beberapa pihak yang melindungi bapak Syafri Harto tanpa mereka pedulikan kasus ini. Bahkan mereka mengatakan bahwa saya tidak boleh speak up, cukup saya aja yang mengetahui," katanya. [indozone]