GELORA.CO - Menteri BUMN Erick Thohir membela diri atas tuduhan kepadanya. Kebijakan tes PCR yang diputuskan pemerintah melalui ratas yang dipimpin Presiden Jokowi.
Kebijakan tes PCR yang diputuskan pemerintah disebut merupakan keputusan dari rapat terbatas (Ratas) termasuk Presiden Joko Widodo. Ratas tersebut juga dihadiri beberapa menteri terkait.
Menteri BUMN Erick Thohir dalam acara Kick Andy Double Check yang disiarkan Metro TV, Minggu malam (14/11) memberikan tanggapan atas tuduhan kepada dirinya terlibat bisnis tes PCR.
Dalam acara ini, Andy F Noya selaku pembawa acara menyampaikan pendapat orang-orang yang menuduh Erick mendapatkan keuntungan pribadi dalam bisnis PCR.
Dimana perusahaan kakak Erick Thohir bernama Garibaldi Thohir alias Boy Thohir menggarap bisnis tes PCR ini.
Dalam setiap kebijakan seperti penumpang pesawat yang diwajibkan menunjukkan hasil tes PCR dianggap sebagai kebijakan untuk menguntungkan bisnis PCR.
Menanggapi itu, Erick menyatakan ketidakmungkinan kebijakan PCR disetting untuk menguntungkan dirinya.
“Ratas itu dihadiri tidak hanya Erick Thohir. Ratas itu dihadiri Menteri Keuangan, Bapak Presiden, Wakil Presiden, Menteri Kesehatan, kebijakan PCR juga ditentukan secara transparan,” jelas Erick seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL (Group Pojoksatu), Minggu malam (14/11).
“Jadi apa mungkin, rapat terbatas itu mensetting untuk menguntungkan saya? Gak mungkin,” ujarnya lagi.
“Berarti apa, berarti semua yang ada di Ratas itu dituduh memperkaya diri sendiri?” katanya.
“Jadi apakah gara-gara hal yang bukan bisnis, ya mohon maaf ini, bukan bisnis saya, ya kesehatan saya tidak punya track record itu,” jelasnya.
“Lalu saya diframing bahwa memperkaya, dibandingkan seluruh yang kita lakukan pada saat Covid,” sambung Erick lagi.
Erick Thohir lantas menceritakan apa yang telah diperbuat sejak awal pandemi Covid-19 melanda di Indonesia. Seperti menghadirkan vaksin, akan tetapi juga dituduh meraup cuan dari vaksin.
“Pada saat awal-awal, ya kita ditugaskan oleh Bapak Presiden membawa vaksin, 260 juta dari China, 100 juta dari negara lain, saya tetap tertuduh,” katanya.
“Bahwa Erick Thohir dengan keluarga ada keuntungan vaksin Rp 2,6 triliun, ada coba, sebelum PCR sudah dituduh. Nah gimana caranya untung vaksin?” kata Erick.
Padahal kata Erick, transaksi pembelian vaksin dilakukan langsung oleh Bio Farma dengan perusahaan Sinovac tanpa adanya perantara.
“Untungnya di mana? Dan ini yang bahaya, ketika kita semua framing, orang yang membantu, memakai Yayasan, membangun rumah sakit, membangun sekolah, swasta, asing, pemerintah, hanya terkotomi gara-gara dipikir menguntungkan diri sendiri, bahaya negara kita,” tegas Erick.
“Responsif dalam segala kegiatan yang hari ini terjadi apalagi dari segi kemanusiaan harus cepat. Tapi percayalah kita responsible dalam arti kita menjaga tadi. Semua ini dengan bisnis proses yang baik. Dan presiden menekankan itu,” kata Erick.[pojoksatu]