GELORA.CO - Mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengingatkan setiap warga harus memiliki kesadaran bela negara dalam menghadapi berbagai ancaman agar Indonesia tetap utuh.
Apalagi seiring perkembangan zaman, kata dia, semakin banyak ancaman yang harus dihadapi bangsa Indonesia mulai dari fisik dan nonfisik. Ancaman fisik misalnya perang dan terorisme.
“Perang terbuka antardua negara, ini saya anggap belum nyata. Untuk hal ini tidak [menjadi] nyata, maka diplomasi negara kita ke negara lain sangat penting. Kemudian ancaman teroris. Pas saya jadi menteri kan banyak tuh meledak sana sini, Suriah, Irak,” kata Ryamizard dalam acara dialog kebangsaan bertema ‘Bela Negara Tanggungjawab Bersama’ di YouTube PKS, Rabu (10/11).
“Kemudian pemberontakan. Angkatan bersenjata di Papua itu ancaman, salah salah merdeka itu. Penanganan perbatasan wilayah juga, salah salah kita bisa ini [konflik] dengan negara tetangga,” imbuh dia.
Selanjutnya, ia mengingatkan ada ancaman bencana alam hingga wabah. Ia mengatakan diperlukan kesadaran bela negara dari tubuh pemerintah dan negara untuk menghadapi ancaman tersebut.
“Bencana alam dan lingkungan. Luar biasa tsunami itu saya tangani, lebih lebih dari perang. Korban nyawa waktu di Aceh itu 230 ribu orang. Itu ancaman. Maksud saya alutsista tuh berpatokan pada itu, kita perlu banyak kapal angkut, pasukan. Beli kapal besar, kapal RS, sehingga kalau ada bencana cepat. Kita cuma satu dan itu sudah tua. Waktu itu saya ajukan 3 kapal RS sampai sekarang enggak ada tuh,” papar Ryamizard.
“Yang begini kurang diperhatikan. Alutsista itu beli yang penting saja, yang enggak penting untuk apa? Tentara untuk rakyat, artinya rakyat dulu. Lalu [ancaman] wabah, sekarang mau ada gelombang ketiga. Kemudian cyber, intelijen, dan penyalahgunaan narkoba, ini makin banyak generasi muda kita,” lanjut dia.
Untuk ancaman nonfisik, Ryamizard mengingatkan ada ancaman ideologi bermuatan materi berupa pandangan yang merusak mindset jati diri bangsa. Seperti ideologi asing dan materialisme, hingga ideologi liberal, komunis, dan sosialis.
“Memang katanya PKI sudah bubar, tapi kan ancaman itu harus kita waspadai. Paling ancaman upaya balas dendam. [Ancaman ideologi] ini perang jenis baru yang mempengaruhi pikiran rakyat. Perang ini melalui implementasi pendidikan, ekonomi, militer, agama, dan media.Lalu pengaruh media sosial,” ujarnya.
Adapun ancaman nonfisik lainnya yakni penurunan moral bangsa. Menurutnya, anak-anak milenial kini memiliki moral yang kurang baik dan bisa menjadi ancaman bangsa.
“Anak-anak kita perlu dibekali untuk menghadapi masalah milenial. [Bekali] agama, wawasan kebangsaan, dan budi pekerti. Beberapa kali anak bunuh ibu, ayah, adiknya. Artinya agamanya kurang. Jadi ke depan, itu harus betul-betul masalah moral, budi pekerti [diperbaiki],” terang dia.
“Anak-anak itu jadi pemimpin kita 10-20 tahun ke depan. Bagaimana jadinya kalau moral sudah jelek? Kalau kita dengar di penjara luar biasa, bisa kasih uang, dibayar. Ini tambah enggak benar. Kalau enggak diperbaiki mau jadi apa?” tambahnya.
Sebab itu, Ryamizard sekali lagi menekankan kesadaran bela negara penting agar ancaman-ancaman tersebut bisa dihadapi. Adapun menanamkan kesadaran bela negara dapat dilakukan dengan penanaman moral, budi pekerti, wawasan kebangsaan, hingga pendidikan agama.
“Sekarang banyak milenial enggak ngerti agama, rusak moral."- Rymizard
"Jadi bela negara ini penting ditanamkan sebagai landasan dan perilaku bangsa Indonesia sebagai reformasi mental sekaligus membangun tangga bangsa dalam menghadapi ancaman, dinamika dan mewujudkan ketahanan masyarakat,” tutur dia.
“Kesadaran setiap warga yang diaktualisasikan dalam peran dan profesi setiap warga merupakan source power bangsa. Mengedepankan aktualisasi nilai Pancasila sebagai kekuatan bangsa. Ideologi yang paling bagus adalah Pancasila, lengkap, saya akui itu,” tandasnya.
Dalam memperingati Hari Pahlawan pada 10 November, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengadakan dialog kebangsaan bertajuk ‘Bela Negara Tanggungjawab Bersama’. Acara ini menghadirkan Ryamizard Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri sebagai pembicara.
Turut hadir sejumlah kader PKS di antaranya Surahman Hidayat, Tifatul Sembiring, Mardani Ali Sera, Netty Prasetiyani Aher, Almuzzammil Yusuf, hingga Abdul Kharis Almasyhari. [kumparan]