GELORA.CO - Bencana banjir yang melanda Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat, yang terjadi selama hampir empat pekan belum juga surut.
Presiden Joko Widodo angkat bicara terkait sebab musabab mendasar banjir di Sintang berangsur cukup lama.
Katanya, disebabkan oleh kerusakan pada daerah tangkapan hujan atau catchment area, sehingga berakibat pada meluapnya air Sungai Kapuas.
"Itu karena kerusakan daerah tangkapan hujan yang sudah berpuluh-puluh tahun. Ya itu yang harus kita hentikan karena masalahnya ada di situ," ujar Jokowi seusai meresmikan jalan tol Serang Panimbang Seksi I Ruas Serang-Rangkasbitung di Gerbang Tol Rangkasbitung, Lebak, Banten, Selasa (16/11).
Sebagai upaya rehabilitasi dan pemulihan daerah tangkapan hujan di sekitar Sungai Kapuas, Jokowi memastikan pemerintah akan fokus melakukan perbaikan lingkungan di daerah itu dan dimulai tahun depan.
Karena, mantan Gubernur DKI Jakarta ini menginginkan agar daerah tangkapan hujan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
"Sehingga ada penghijauan kembali di daerah-daerah hulu, di daerah-daerah tangkapan hujan. Kita perbaiki karena memang kerusakannya ada di situ," demikian Jokowi.Terkait banjir SIntang ini, Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) telah melakukan pemantauan udara kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Kapuas dan Melawi yang melintasi wilayah provinsi Kalimantan Barat, pada Selasa (9/11).
Dari pemantauan udara tersebut, tim menemukan adanya kerusakan lingkungan maupun bentang alam yang masif di beberapa titik tak jauh dari bantaran sungai.
Kepala BNPB, Letjen TNI Ganip Warsito mengatakan bahwa bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, banjir bandang dan tanah longsor seharusnya dapat dicegah dengan berbagai upaya.
Upaya tersebut menurut Ganip adalah dengan tata kelola lingkungan yang baik sebagaimana fungsinya dan diimbangi dengan perilaku masyarakat untuk lebih peduli dan memahami tentang pemanfaatan alam yang berkelanjutan untuk kehidupan di masa depan.
"Bencana hidrometeorologi sebenarnya bencana yang bisa kita cegah. Dengan apa? dengan penggunaan ruang hidup yang benar, kemudian perilaku masyarakat kita yang memahami tentang penggunaan alam dan seisinya itu untuk kehidupannya," ujar Ganip saat menyambangi lokasi banjir di Siantang, Selasa (16/11).
Selain itu, Ganip juga menyatakan bahwa BNPB juga telah mengingatkan para pemangku kebijakan di daerah agar meningkatkan kesiapsiagaan dan mengambil upaya mitigasi bencana terkait adanya informasi peringatan dini dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyatakan bahwa fenomena La Nina akan melanda wilayah Indonesia hingga Februari 2022.
"BNPB sejak dari awal telah mengingatkan para BPBD untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi bencana hidrometeorologi basah dengan mitigasi, baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Kita harus siaga terus," pungkas Ganip.[rmol]