GELORA.CO - Generasi muda Indonesia harus bisa bekerja dengan hati agar pelayanan masyarakat, khususnya di pelabuhan, menjadi baik seperti di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Harapan ini disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan saat menjadi pembicara kunci acara Bincang Stranas PK bertajuk "Memangkas Waktu dan Biaya di Pelabuhan" yang disiarkan langsung di akun YouTube Stranes PK Official, Kamis siang (11/11).
"Saya baru kembali dari Abu Dhabi mendampingi presiden dan juga di Dubai. Saya melihat betapa negara itu sangat efisien sekarang. Jadi mereka betul-betul membuat negaranya menjadi tertata dengan baik," ujar Luhut seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Kamis siang (11/11).
Hal itu kata Luhut, bisa terjadi dikarenakan disiplin dan sudah menggunakan digitalisasi. Apalagi, trend globalisasi dan digitalisasi telah terjadi di seluruh dunia dan berlangsung diberbagai sektor.
"Semakin meningkat pentingnya perdagangan internasional. Mengingat sekitar 80 persen perdagangan internasional di dunia, di transportasikan melalui laut. Jadi laut ini sangat vital sekali. Kita tidak dapat menaifkan betapa krusialnya peranan pelabuhan bagi suatu negara," kata Luhut.
Menurut Luhut, jika pelabuhan tidak tertata dengan baik, maka bisa mengakibatkan biaya yang tinggi.
"Itu yang terjadi di republik kita sekarang ini. Jadi sebenarnya billion of dollar atau puluhan triliun mungkin inefisiensi kita di sistem transportasi laut kita," terang Luhut.
Luhut melanjutkan, pelabuhan yang produktif dan efisien dapat menjadi satu keunggulan tersendiri dan menarik pemuatan internasional untuk singgah di pelabuhan Indonesia. Sebut saja seperti Singapore dengan traffic peti kemas tahunan sekitar 37 juta TEUs.
"Nah anda mungkin tanya berapa dari Indonesia, karena Indonesia tidak ada direct, hampir tidak ada direct call, semua harus melalui Singapore. Kenapa tidak direct call. Itu yang saya minta dibuat studinya. Jadi harus bisa kita direct call apakah nanti dari Kualatanjung, dari Priok, dari Surabaya atau dari Makassar," jelas Luhut.
Dengan begitu, Indonesia dapat mengurangi biaya sebesar sekitar 30 persenan dan dampaknya pada ekonomi Indonesia akan sangat luar biasa.
"Sementara ini karenam mohon maaf kalau saya pakai bahasa yang kurang, agak kencang itu, kita tuh masih membodohi diri kita sendiri. Nah studi sekarang sedang dibuat," tegas Luhut.
"Kita ini gampang lah mempresentasi, gampang bikin angin sorga, tapi pada kenyataannya eksekusinya, kita jauh dari sempurna. Kenapa? disiplin kita tadi. Kenapa kita tidak bekerja dengan hati. Nah ini yang saya ingin ajak para semua teman-teman terutama yang masih muda-muda, ayo bekerjalah dengan hati, dan kita selalu bekerja dengan hati saya kira pasti akan bisa," sambungnya.
Selain itu,pelabuhan yang kurang produktif dan kurang efisien dapat menjadi satu kelemahan yang signifikan bagi perekonomian suatu negara.
Sebagai ilustrasi, dampak secara makro pebisnis dan investor tentunya mempertimbangkan biaya logistik sebagai salah satu elemen yang perlu diwaspadai dalam menjalankan bisnis dan investasi di satu negara.
"Dengan biaya logistik yang tinggi, berkurang lah minat pebisnis untuk investasi. Sehingga berkurang lah lapangan kerja, dan semakin rendah daya beli masyarakat. Ini menyebabkan masyarakat negara tersebut hanya menjadi pangsa negara-negara yang lebih kompetitif. Apakah kita mau terus-terusan begitu? Saya kira tidak," tutur Luhut.
Luhut kemudian bercerita atas apa yang disaksikannya saat mendampingi Presiden Joko Widodo berkunjung di Abu Dhabi. Dirinya sempat menyaksikan betapa efisiensi Abu Dhabi dalam mengelola pelabuhan.
"Mereka menggandeng strategic partner dan melakukan perencanaannya dengan benar, sehingga dalam tahap operasionalnya pelabuhan dapat sangat efisien. Sehingga presiden juga memerintahkan ini supaya dilakukan efisiensi di semua pelabuhan," kata Luhut.
"Dan saya sampaikan, ‘pak, kita akan lakukan dengan digitalisasi dan juga harus berani kita memecat orang yang tidak perform dalam pekerjaan ini’. Tidak bisa terlalu banyak dikasih angin," pungkasnya. [rmol]