GELORA.CO - Ungkapan populer “pengalaman adalah guru terbaik” harus benar-benar diperhatikan betul oleh pemerintah Indonesia. Dalam hal ini, pemerintah harus dapat mengambil benang merah dari Uganda yang terlilit utang.
Uganda dilaporkan telah kehilangan Bandara Internasional Entebbe, satu-satunya bandara internasional yang dimiliki oleh negara di Afrika bagian Timur tersebut. Alasannya karena pemerintah Uganda telah gagal membayar pinjaman ke China.
“Pengalaman seperti di Uganda ini (Bandara diambil alih gara-gara utang), harus jadi early warning, agar tak terjadi di Indonesia,” tegas Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid lewat akun Twitter pribadinya, Selasa (30/11).
Politisi PKS ini ingin agar seruan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harga mati benarbenar bisa terwujud dalam kasus ini.
Artinya negara tidak boleh tersandera hanya karena utang yang menumpuk.
“Agar seruan NKRI harga mati, betul-betul bisa mewujud dan tidak karena hutang jadi tersandera dan tergadai,” tutupnya.
Sekitar enam tahun lalu, pada 2015, Uganda meminjam 207 juta dolar AS dari Bank Ekspor-Impor China (EXIM) dengan bunga dua persen saat pencairan. Pemerintah kemudian melampirkan satu-satunya bandara internasional yang mereka miliki untuk persyaratan.
Dana tersebut dimaksudkan untuk memperluas Bandara Entebbe. Pinjaman sendiri memiliki jangka waktu 20 tahun, termasuk masa tenggang tujuh tahun.
Tetapi, laporan menyebut pemerintah Uganda melepaskan klausul kekebalan internasional untuk mengamankan pinjaman. Setelah itu pemberi pinjaman, yaitu China, dapat merebut kembali kepemilikan Bandara Internasional Entebbe tanpa arbitrase internasional. (rmol)