Anggota DPR RI Inisial MM dalam Pusaran Dugaan Pencabulan Anak

Anggota DPR RI Inisial MM dalam Pusaran Dugaan Pencabulan Anak

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -Fakta perihal dugaan pencabulan yang dilakukan anggota DPR RI terhadap anak di bawah umur satu per satu mulai terkuak. 

Wakil rakyat penghuni 'Senayan' terduga pelaku pencabulan anak ini disebut berinisial MM.

Kasus dugaan pencabulan ini baru diketahui publik setelah kuasa hukum korban mendatangi Bareskrim (Badan Reserse Kriminal) Polri minggu lalu. Kedatangan kuasa hukum korban tidak lain adalah untuk melaporkan dugaan pencabulan dimaksud.

Selain kuasa hukum, ada beberapa lembaga yang juga memberikan pendampingan kepada pihak korban dalam menjalani proses pengusutan. Ada KPAI, UPT Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di wilayah korban tinggal, dan ETOS Indonesia Institute, yang turut mendampingi korban.


Awalnya, informasi perihal pelaku hanya perihal periode jabatannya. Pelaku dugaan pencabulan anak di bawah umur ini merupakan anggota DPR periode 2019-2024. Ya, pelaku masih aktif sebagai anggota DPR.

Setelah beberapa hari setelah kedatangan pengacara korban ke Bareskrim Polri, inisial pelaku diketahui. Direktur Eksekutif ETOS Indonesia Institute, Iskandarsyah, yang membeberkan inisial pelaku.

"Nama masih kita inisialkan. Inisial MM," kata Iskandarsyah saat dimintai konfirmasi, Minggu (31/10/2021).

Iskandarsyah nampaknya benar-benar mengetahui kasus seluk-beluk dugaan pencabulan ini. Sebab, dia mengaku sebagai orang pertama yang mengamankan korban dari ancaman pelaku.

"Saya nanti kemungkinan akan menjadi saksi, karena saya adalah orang pertama yang membawa korban, menyelamatkan korban dari ancaman pelaku," sebut Iskandarsyah.

Sekadar informasi, ETOS Indonesia Institute adalah lembaga survei. Beberapa survei yang pernah digelar ETOS Indonesia Institute, yakni terkait harapan masyarakat terhadap Jenderal Listyo Sigit pasca-dilantik sebagai Kapolri. ETOS Indonesia Institute juga beberapa kali mensurvei elektabilitas capres RI.

Informasi dari Direktur Eksekutif ETOS Indonesia Institute tentu penting. Pengacara korban sendiri kini memilih 'bekerja dalam senyap'.(detik)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita