GELORA.CO - Nama politikus PDIP Arteria Dahlan dalam dua pekan terakhir ramai diperbincangkan. Pekan lalu, Arteria menuai banyak kritikan lantaran menilai polisi, jaksa hingga hakim tidak perlu dilakukan operasi tangkap tangan (OTT).
Dan yang terbaru, beredar video cekcok yang viral di Bandara Soekarno-Hatta yang melibatkan Arteria. Diduga, Arteria merasa mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari seorang perempuan yang mengaku sebagai keluarga Jenderal bintang tiga TNI.
Namun, tidak kali ini saja pernyataan maupun tindakan Arteria menimbulkan perbincangan. Berikut kumparan rangkum enam kontroversi pria berumur 46 tahun itu.
1. Cekcok dengan Wanita Ngaku Anak Jenderal
Insiden terbaru ini terjadi di Bandara Soetta, Minggu (21/11) kemarin. Ketika itu, Arteria baru pulang dari Bali bersama keluarga dan ibunya. Ia tiba di Terminal 2 Bandara Soetta.
Dia terlibat adu mulut dengan seorang wanita berjaket ungu dan didampingi beberapa pengawal, juga terlibat perdebatan dengan ibunda Arteria. Wanita itu juga menyampaikan makian.
Arteria tak menjelaskan apa pemicunya, terdengar samar wanita itu menyebut dirinya merupakan keluarga dari petinggi TNI berpangkat bintang tiga atau Letjen TNI. Tapi, tidak disebutkan secara detail siapa jenderal bintang tiga yang dimaksud.
Arteria pun memberikan penjelasan. Menurutnya, sejak di dalam pesawat perempuan tersebut sudah menunjukkan arogansi.
“Saya pikir enggak ada sensitifitasnya, baik kepada publik maupun kepada orang tua. Pesawat belum turun saja sudah ngomong mana protokol, mana protokol, pesawat baru landing nih, belum dibuka pintu,” beber Arteria.
"Saya dimaki-maki sepanjang lorong itu. Dia ngomong macam-macamlah, sama orang tua saya juga begitu. Yang video itu kan video terakhir,” imbuhnya.
Buntut cekcok itu, Arteria dan wanita itu saling lapor ke Polres Bandara Soetta. Laporan terkait pasal 315 KUHP tentang penghinaan dengan sengaja.
2. Polisi, Hakim dan Jaksa Tak Boleh Di-OTT
Pernyataan Arteria yang baru-baru ini kontroversial adalah soal OTT. Bermula dari sesi tanya jawab, Arteria mendapatkan pertanyaan dari peserta webinar terkait pernyataan Bupati Banyumas Achmad Husein yang takut akan OTT KPK. Sehingga Achmad meminta untuk memanggil kepala daerah terlebih dahulu sebelum OTT.
Terkait OTT ini, Arteria bahkan punya sikap sendiri. Secara pribadi, dia mengaku tak mendukung adanya OTT terhadap penegak hukum, baik kepada jaksa, hakim, maupun polisi.
"Saya pribadi saya sangat meyakini yang namanya polisi hakim jaksa itu tidak boleh di-OTT," ucap Arteria dalam webinar 'Hukuman Mati Bagi Koruptor, Terimplementasikah?' yang diselenggarakan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dengan Kejaksaan Agung, Kamis (18/11).
"Bukan karena kita pro koruptor, karena mereka adalah simbol-simbol negara di bidang penegakan hukum. Bisa dibedakan, tafsirnya jangan ditafsirkan beda, kita mendukung atau apa ya, saya sampaikan banyak sekali instrumen penegakan hukum di samping OTT," lanjut dia.
Arteria menilai, penindakan hukum tak harus melulu dengan cara OTT, terlebih jika dilakukan kepada penegak hukum. Dia menyebut, penegakan hukum dengan cara case building misalnya, lebih mendapat keadilan sebab bisa diuji oleh semua pihak, beda dengan OTT.
3. Bawa Keluarga Kapal Polairud Sumbar
Unggahan Instagram Arteria sempat menarik perhatian warganet usai membagikan momen dirinya dan keluarga usai naik kapal milik Polairud Polda Sumatera Barat.
"Alhamdulillah masih dalam rangkaian acara keluarga ulang tahun ibu sekaligus mengajak om, tante, sepupu serta tim ADC keliling melihat indahnya pantai yang ada di Sumatera Barat menggunakan kapal Polisi Air," ujar Arteria dalam postingan Instagramnya.
"Tak lupa mengucapkan Terima kasih Kepada Direktur Polairud Polda Sumbar Kombes Pol Sahat M. Hasibuan berserta jajarannya atas partisipasi bantuannya untuk memperbolehkan kami sekeluarga menggunakan kapal tersebut," imbuhnya.
Banyak netizen menilai tindakan Arteria itu tak pantas karena menggunakan fasilitas negara bersama keluarga. Namun, Arteria membantahnya dan mengaku hanya mencoba sekaligus mengamati seberapa layak kapal jenis C2 milik Polairud itu untuk digunakan dalam mengamankan wilayah perairan di sekitar Sumbar.
"Saya hanya melihat Polairud Sumbar, sekaligus melihat dan mencoba Kapal C2 yang baru. Tidak ada maksud lebih dari itu, dan itu pun baru kali ini," ujar Arteria, Minggu (24/10/2021).
4. Prof Emil Salim Disebut Sesat
Perdebatan panas antara Arteria dengan ekonom Prof Emil Salim terjadi saat program Mata Najwa bertema 'Ragu-ragu Perppu' mengudara pada Rabu (9/10/2019).
Awalnya, Arteria tengah menyoroti harta rampasan yang diambil KPK dari hasil korupsi. Namun, menurutnya, harta yang diambil dari koruptor itu tak masuk kas negara.
"Ini gunanya Dewan Pengawas, itu ada buktinya, ke mana uang itu," kata Arteria.
Arteria juga mengeklaim mengetahui soal petugas KPK gadungan sesungguhnya adalah petugas KPK sesungguhnya.
Dia lantas mengatakan ada sejumlah kasus yang tak pernah diangkat. Di Sumbar misalnya, kata dia, ada kasus Rp 6 triliun dana bencana.
"Kita hargai capaian KPK tapi kita enggak boleh tutup mata kalau harus ada perbaikan," katanya.
"Enggak pernah dikerjakan. Mana prof?" kata Arteria.
"Saya di DPR, enggak boleh begitu, Prof. Saya di DPR, saya yang tahu prof. Mana, Prof sesat. Ini namanya sesat, sesat prof," lanjutnya.
Gara-gara perdebatan itu, profil Arteria Dahlan di Wikipedia sempat dijahili netizen dengan menambahkan kata 'bacot' dan narasi nyeleneh.
5. Sebut Kemenag 'Bangsat'
Peristiwa ini terjadi pada 28 Maret 2018. Arteria kala itu mengaku kesal dengan sikap Menteri Agama yang malah menyalahkan korban penipuan travel bodong seperti First Travel dan Abu Tours.
Arteria menilai, Kementerian Agama tidak sanggup untuk menangani persoalan tersebut. Arteria menyatakan kegeramannya ketika masih duduk di Komisi VIII DPR.
“Mengenai masalah travel yang bodong tadi, Pak. Yang dicari jangan kayak tadi Bapak lakukan inventarisasi, (tapi) pencegahannya Pak. Ini kementerian agama bang*** Pak, semuanya Pak,” kata Arteria saat menanggapi kasus travel bodong dalam rapat kerja dengan Jaksa Agung di Komisi III, Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (28/3/2018)
6. Minta Dipanggil 'Yang Terhormat'
Kata-kata kontroversial lainnya dilontarkan pada 11 September 2017 saat rapat antara Komisi III dengan pimpinan KPK. Kala itu, Arteria memprotes pimpinan KPK yang tidak mau menambahkan kalimat 'Yang Terhormat' ketika menyebut nama dirinya dan anggota DPR lain.
Saat itu, Arteria yang berada di Komisi VIII mendapatkan tugas untuk mengikuti rapat di Komisi III. Ketika pimpinan KPK menjawab serta memberi penjelasan, Arteria menilai tak ada suasana kebangsaan dalam rapat tersebut.
"Ini mohon maaf ya, saya kok enggak merasa ada suasana kebangsaan di sini. Sejak tadi saya tidak mendengar kelima pimpinan KPK memanggil anggota DPR dengan sebutan 'Yang Terhormat'," ucap Arteria.
7. Sebut Ketua KPK Terlibat Korupsi
Pada 20 September 2017, Arteria juga pernah menuding Ketua KPK saat itu, Agus Rahardjo, terlibat kasus korupsi pengadaan alat berat di Dinas Bina Marga DKI Jakarta tahun 2015 dengan nilai proyek Rp 36,1 miliar.
Saat itu, Agus Rahardjo merupakan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah.
"Kami temukan indikasi penyimpangan di internal LKPP yang saat itu pimpinannya adalah Agus Rahardjo," ujar Arteria.
Selain menyerang KPK, Arteria tercatat pernah menyebut nama mantan Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi pasti tahu soal korupsi e-KTP. Menurutnya, tidak mungkin seorang atasan tidak mengetahui apa yang dilakukan bawahannya. [kumparan]