GELORA.CO - Sebuah pengakuan mengejutkan diungkap Ketua DPC PDIP Kota Salatiga, Teddy Sulistio. Politikus yang sudah mengajukan surat pengunduran diri sebagai Ketua DPC PDIP Salatiga ini mengungkap dugaan adanya mahar politik yang diminta oknum petinggi partai banteng.
Kepada wartawan, Teddy mengaku pernah dimintai mahar Rp500 juta jika ingin menjabat sebagai Ketua DPRD Salatiga tiga periode.
"Ketua DPRD enggak boleh tiga periode. Sementara (Ketua) DPC lain, boleh tiga periode. Saya disuruh (bayar mahar) tiga periode belum tentu mau, kalau maharnya 500 juta saya duit darimana," tulis Teddy Sulistio dalam pengakuannya kepada Kantor Berita RMOLJateng, Jumat (29/10).
Bung Teddy, sapaan akrabnya, juga mengaku bahwa dalam setiap agenda rekomendasi Pilkada Salatiga, sebagai motor penggerak partai yang membawahi ratusan ribu massa militan Moncong Putih, dirinya tidak pernah dilibatkan. Dalam hal ini, minimal dimintai pendapat.
Termasuk ketika Pilkada Rudi Dance beberapa waktu silam bersama enam DPC lain, DPD PDIP Jateng tidak pedulikan kondisi di lini bawah Salatiga.
"Rekomendasi pilkada, saya ketua enggak pernah diajak rembugan. Perlu diketahui, hasil survei DPD Yaris 75 persen faktanya selisih hanya 0,9 persen dan beban utang sampai sekarang Mas Pri (Supriyanto-almarhum) yang sudah meninggal saja masih menanggung," beber putra sulung politikus senior PDIP, Djatmiko Wardoyo (almarhum) dan Sri Utami Djatmiko itu.
Dia melanjutkan, ketika 10 hari setelah Pilkada Salatiga, Teddy mengaku dirinya diperintah Ketua DPD PDIP Bambang Wuryanto (Bambang Pacul) membantu Pilkada Ahok-Jarot.
"'Komandan Pacul' minta saya bantu Pilkada Ahok-Jarot putaran kedua. Dan saya memenangkan 90 persen dari target dengan dana ratusan juta yang keluar," ungkapnya, tanpa tedeng aling-aling.
Ia mempersilakan sejumlah pihak untuk membuktikan omongannya itu, karena memang apa yang ia sampaikan adakah fakta yang selama ini tersimpan rapi.
"Silakan dibuktikan cocote Teddy, cah kere kae bener pora (anak miskin itu benar apa tidak). Nak ra bener manut digawe moncrot. Nak bener memang demikianlah seharusnya," ujarnya.
Tak hanya itu, ia pun membantah apa yang diutarakan ke Kantor Berita RMOLJateng soal keputusan pengunduran dirinya sebagai curhatan sakit hati.
Dia menegaskan hanya ingin membuka tabir kebusukan partai besar agar tidak digerogoti "tikus-tikus" partai yang semata-mata mencari kepuasan pribadi.[rmol]