GELORA.CO - Korps Pasukan Khas (Kopaskhas) TNI AU memperingati hari jadinya ke-74 tahun, hari ini, Minggu (17/10/2021).
Paskhas merupakan pasukan komando serupa dengan Kopassus yang dimiliki TNI dari matra udara. Pasukan ini merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga matra, yaitu udara, laut, darat. Setiap prajurit Paskhas, minimal memiliki kualifikasi para-komando (Parako) untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional, kemudian ditambahkan kemampuan khusus kematraudaraan sesuai dengan spesialisasinya.
Dalam perjalanannya, pasukan baret jingga ini sering diterjunkan di berbagai palagan. Salah satunya saat di Timor-Timur yang saat ini berubah nama jadi Timor Leste, setelah wilayah tersebut bukan lagi jadi bagian Indonesia usai jajak pendapat atau referendum pada 30 Agustus 1999.
Melansir buku biografi Marsma (purn) Nanok Soeratno, Kisah Sejati Prajurit Paskhas, adanya kedatangan Pasukan Interfet menimbulkan masalah bagi prajurit Paskhas yang masih bertugas. Seorang prajurit Paskhas dikejar oleh personel Interfet dengan senjata lengkap saat hendak kembali ke markas. Kendati demikian, kejadian ini tidak sampai menimbulkan kontak senjata.
Saat itu, pasukan baret jingga yang dipimpin Kapten Eka Bagus Laksana menjadi pasukan terakhir TNI yang tersisa di Bumi Lorosae.
Salah satu insiden lainnya adalah, saat kedatangan Pangkoopsau II Marsda Ian Santoso untuk bertemu Jenderal Interfet di ruang tunggu VIP bandara. Saat Itu Panglima yang turun dari pesawat Hercules mendapat ancaman dari pasukan Interfet. Pasukan Ini mengarahkan senjata ke depan jenderal TNI AU tersebut.
Hal ini membuat personel Paskhas tersulut emosi. "Hei ini Jenderal saya, Panglima saya, keamanan di sini tanggung jawab saya," ujar Kapten Eka lantang.
Kondisi saat itu memanas, Prajurit Paskhas dan Interfet saling mengeluarkan senjata. Saat itu siapa pun bisa lepas kendali lalu melepaskan tembakan. Apalagi setiap Personel yang mengawal Marsda Ian mengantongi dua sampai lima granat.
"Panggil panglima kamu ke sini," tegas Kapten Eka dengan lantang.
Kapten Eka meminta kepada semua anak buahnya, agar jangan sampai ada tembakan sebelum ada komando darinya. "Letusan pertama pada saya," ucapnya.
Meskipun, saat itu prajurit Paskhas kalah jumlah personel, namun mereka siap menjadikan granat sebagai senjata terakhir jika meletus kontak senjata. [okezone]