GELORA.CO - Survei yang digelar oleh Setara Institute menunjukkan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Andika Perkasa sebagai calon Panglima TNI lebih unggul dari kandidat lainnya apabila dilihat dari kriteria integritas.
Meski demikian, Andika masih kalah saing dengan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Yudo Margono yang memiliki poin lebih tinggi pada hal anti korupsi dan komitmen hak asasi manusia (HAM).
Dalam survei kali ini ada tiga nama yang masuk ke dalam penilaian para ahli yakni Jenderal TNI Andika Perkasa (KSAD), Laksamana TNI Yudo Margono (KSAL) dan Marsekal Fadjar Prasetyo (KSAU).
Sementara itu, kriteria integritas yang menjadi tolak ukur pada penilaian survei tersebut dimaknai dengan komitmen individu terhadap anti korupsi, penghormatan perlindungan dan pemenuhan HAM, anti kekerasan dan antidikriminasi terhadap perempuan, netralitas dalam politik, serta peghormatan terhadap supremasi sipil dan ketentuan hukum nasional.
"Dalam konteks kriteria integritas, rata-rata kami menemukan para ahli menilai Jenderal Andika lebih unggul daripada 2 kandidat lainnya," kata Peneliti Hukum dan Hak Asasi Manusia Setara Institute Ikhsan Yosari dalam paparannya yang disiarkan melalui YouTube Suara Setara, Senin (4/10/2021).
Nilai rata-rata yang diperoleh Andika 7,84, Yudo 7,83 dan Fadjar 7,70. Andika terlihat unggul dalam penilaian terhadap kriteria anti kekerasan dan diskriminasi perempuan pada kualitas personal calon Panglima TNI dan komitmen penghormatan terhadap supremasi sipil dan ketentuan hukum nasional.
Meski unggul pada nilai rata-rata, Andika masih kalah dari Yudo dalam beberapa poin kriteria. Semisal saja soal komitmen pada anti korupsi.
Ikhsan menilai penilaian para ahli itu sepertinya disebabkan oleh banyaknya pemberitaan mengenai Andika dengan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).
Sementara Yudo diketahui paling rajin melaporkan LHKPN-nya ke instansi terkait sejak 2015.
Dengan begitu, Yudo mendapatkan poin 8,12, Andika 7,82 dan Fadjar 7,77.
Selain itu, Yudo juga mengalahkan Andika dalam penilaian soal komitmen penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan HAM pada kualitas personal calon Panglima TNI. Menurut Ikhsan, Andika kalah poin dari Yudo disebabkan adanya pemberitaan terkait dugaan yang bersangkutan terlibat pada pelanggaran HAM masa lalu.
Namun ia juga tidak bisa memastikan kebenarannya karena masih harus diverifikasi. Kemudian, Andika juga kalah poin dari Yudo soal netralitas dalam politik pada kualitas personal calon Panglima TNI.
Terlihat pada pembagiannya, Andika memperoleh poin 7,79 sedangkan Yudo mendapatkan 7,90 dan Fadjar menggasak poin 7,84.
Untuk diketahui, survei dilakukan terhadap 100 ahli yang telah dipilih dan ditetapkan SETARA Institute dengan klasifikasi yang spesifik dan relevan. Ahli-ahli tersebut berasal dari akademisi kampus dan elemen masyarakat sipil.
Penelitian dilakukan 20 September 2021-1 Oktober 2021. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dalam bentuk survei menggunakan metode purposif (purposive sampling). [suara]