GELORA.CO - Pujian Profesor dari National University of Singapore, Kishore Mahbubani kepada Presiden Joko Widodo dianggap tidak tepat. Sebab, belum melihat secara detail 66 janji politik Jokowi yang tidak ditunaikan sejak memenangkan pemilihan presiden (Pilpres) 2014 hingga akan berakhir periode keduanya.
Begitu yang disampaikan oleh Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi menanggapi pernyataan Profesor luar negeri tersebut yang menganggap bahwa Presiden Jokowi berbeda dengan pemimpin penipu.
Pandangan Muslim Arbi, pendapat Kishore yang memuji Jokowi tidak akan terjadi kalau dia tinggal di Indonesia dan menanyakan betapa banyak janji Jokowi yang tidak ditepaati.
"Dia tanya soal bagaimana dengan 66 janji-janji politik yang tidak ditunaikan sejak Pilpres 2014 sampai dengan Pilpres 2019 hingga jelang 2 tahun kepemimpinan Jokowi, tentunya dia tidak akan bikin tulisan memuji-muji Jokowi," ujar Muslim kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (8/10).
Karena kata Muslim, seorang presiden yang tidak menunaikan janji-janji politiknya saat Pilpres, seharusnya malu dan pasti mengundurkan diri.
"Tahun 2010 di Jepang, Perdana Menteri Yukio Hatoyama mengundurkan diri karena gagal memenuhi janji kampanye. Nah, Jokowi juga harus meniru Yukio Hatoyama. Mundur karena gagal tunaikan janji-janji kampanye sejak 2014," kata Muslim.
Sehingga kata Muslim, pujian Profesor dari Singapura tersebut dianggap tidak tepat dan tidak beralasan.
"Karena janji-janji kampanye yang bohong itu, TPUA (Tim Pengacara Ulama dan Aktifis) dipimpin Eggie Sujana Mastal dkk menggugat ke PN Jakarta Pusat atas Kebohongan Jokowi agar mengundurkan diri. Ini bukti pujian Profesor Singapura itu tidak tepat," pungkas Muslim. [rmol]