GELORA.CO - Seorang profesor sekaligus peneliti institut di National University of Singapore, Kishore Mahbubani, memuji Jokowi sebagai sosok pemimpin yang jenius. Dia menyebut Jokowi sebagai pemimpin paling efektif di dunia.
Sorotan terhadap kejeniusan Jokowi ini ia sampaikan dalam tulisan berjudul 'The Genius of Jokowi'. Tulisan ini tayang pada 6 Oktober 2021 di Project Syndicate, sebuah media nirlaba yang fokus pada isu-isu internasional.
Kishore Mahbubani menyebut Jokowi telah menjadi pemimpin yang layak mendapat pengakuan atas keberhasilannya dalam memimpin. Jokowi, tulis Mahbubani, membuat model pemerintahan yang bisa dipelajari oleh dunia.
"Pada saat bahkan beberapa negara demokrasi kaya memilih penipu sebagai pemimpin politik mereka, keberhasilan Presiden Indonesia Joko Widodo layak mendapat pengakuan dan penghargaan yang lebih luas. 'Jokowi' memberikan model pemerintahan yang baik yang dapat dipelajari oleh seluruh dunia," ujar Kishore Mahbubani dalam tulisannya itu.
Lebih lanjut, dia menyebut Jokowi bisa menjembatani kesenjangan politik di Indonesia. Dia membandingkan keberhasilan Jokowi ini dengan Joe Biden dalam Pilpres AS 2020 yang belum bisa mengatasi perpecahan.
"Sebagai permulaan, Jokowi telah menjembatani kesenjangan politik Indonesia. Hampir satu tahun setelah Joe Biden memenangi pemilihan Oresiden AS 2020, 78 persen dari Partai Republik masih tidak percaya dia terpilih secara sah. Biden menjabat sebagai senator AS selama 36 tahun, tetapi dia tidak dapat menyembuhkan perpecahan partisan Amerika. Sebaliknya, capres dan cawapres yang dikalahkan Jokowi dalam pemilihannya kembali 2019--Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno--kini menjabat di kabinetnya (masing-masing sebagai Menteri Pertahanan dan Menteri Pariwisata)," tulisnya.
Selain itu, dia juga menyoroti cara Jokowi membalikkan momentum pertumbuhan partai-partai paling 'islamis' di Indonesia, sebagian dengan menjadi inklusif. Dia membandingkannya dengan Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang memperdalam perpecahan di Brasil.
"Jokowi telah menyatukan kembali negaranya secara politik. Seperti yang dia katakan kepada saya dalam sebuah wawancara baru-baru ini, 'Pilar ketiga ideologi Indonesia, Pancasila, menekankan persatuan dalam keragaman'. Untuk itu, pembangunan koalisinya yang terampil menyebabkan disahkannya omnibus law tahun lalu, yang bertujuan untuk meningkatkan investasi dan menciptakan lapangan kerja baru," ujarnya.
Kishore Mahbubani menyebut Jokowi telah menetapkan standar baru dalam pemerintahan Indonesia. Hal inilah yang, menurutnya, membuat negara demokrasi lain iri.
"Dia telah menetapkan standar pemerintahan baru yang seharusnya membuat iri negara-negara demokrasi besar lainnya," ungkapnya.
Pernah Puji Ahok Juga
Profesor Kishore juga pernah memuji Basuki T Purnama (Ahok). Saat itu Ahok masih menjadi Gubernur DKI. Seorang profesor sekaligus dekan di sekolah itu menilai Ahok mirip Lee Kuan Yew, Perdana Menteri pertama Singapura.
"Anda beruntung karena punya gubernur seperti Ahok. Dia seolah mengingatkan saya seperti Mister Lee Kwan Yew saat masih muda," kata dekan kebijakan publik sekolah itu, Profesor Kishore Mahbubani di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (24/2/2016).
Persamaan Ahok dengan Lee adalah gaya kepemimpinannya. Mereka sama-sama berorientasi praktik, bukan teori di atas kertas belaka.
"Dia ingin mengerjakan sesuatu sampai selesai, bukan melihat rencana-rencana saja. Inilah yang dilakukan Lee Kwan Yew yang saya lihat ada di diri Ahok," kata Mahbubani.
Mahbubani menilai faktor kepemimpinan adalah hal penting dalam mengubah kota menjadi lebih baik. Dia mengakui memang bakal tidak mudah mengubah kota besar seperti Jakarta. Mahasiswa yang diajak ke Balai Kota DKI diharapkannya bisa terinspirasi oleh Ahok.
"Kita punya berbagai riset tentang pembangunan kota, kualitas air, persoalan daya saing, tantangan sosial. Kita senang kalau bisa bekerja sama memberikan hasil riset itu. Nantinya pengajar kita bisa datang ke Jakarta untuk melakukan riset," tuturnya. [detik]