GELORA.CO - Polemik antara Partai Demokrat (PD) dengan Yusril Ihza Mahendra belum selesai.
Saling serang kader Demokrat dengan Yusril terkait fee pengacara Rp 100 miliar masih berlanjut.
Kali ini, Yusril berkelakar kalau dia kini dijuluki '7 Million Dollars Lawyer' atau 'Pengacara Rp 100 Miliar'. Kelakar Yusril itu disampaikan setelah kader Demokrat ramai-ramai mengkritik sikap Yusril.
Awalnya, salah satu kader Demokrat, Herzaky Mahendra Putra juga mengungkapkan duduk perkara fee Rp 100 miliar itu. Herzaky menjelaskan peristiwa itu terjadi seminggu sebelum terbit keputusan Kemenkumham, sekitar pekan ketiga Maret 2021, saat itu ada kader Demokrat yang mengusulkan PD menggandeng Yusril.
Pendekatan Demokrat kepada Yusril pun dilakukan. Namun kerja sama dua pihak itu urung dilakukan karena, menurut pengurus Partai Demokrat yang ditunjuk menemui tim Yusril, harganya tidak masuk akal, mengingat posisi Partai Demokrat kepemimpinan AHY sebagai pihak yang sah.
Seminggu kemudian, Kemenkumham memutuskan menolak mengesahkan kepengurusan hasil KLB dengan Ketua Umum Moeldoko. Hal itu meyakinkan Partai Demokrat kepemimpinan AHY berada di pihak yang sah secara hukum dan diakui pemerintah.
Kemudian, pada Juni 2021, Partai Demokrat mendapat informasi bahwa ada rencana judicial review dari kubu Moeldoko. Moeldoko disebut juga sempat memimpin rapat bersama timnya terkait gugatan di PTUN, bertempat di kediamannya di kompleks mewah Jalan Kencana Indah, Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Rencana judicial review itu, menurut Herzaky, dimatangkan pada awal Agustus melalui pertemuan di rumah Moeldoko, Jalan Lembang Menteng. Menurut Herzaky, rumah Moeldoko sering dijadikan tempat pertemuan kelompok KLB.
Rapat awal Agustus di rumah Moeldoko itu disebut dihadiri oleh Jhoni Allen Marbun dan Marzuki Ali. Rapat itu, kata Herzaky, diawali dengan sambungan daring Moeldoko dengan Yusril. Baru kemudian dilakukan rapat bersama tim Yusril terkait teknis pelaksanaannya.
Karena itu, Demokrat kecewa dengan Yusril karena memilih berpihak ke Moeldoko. Demokrat menyebut Yusril membela Moeldoko demi rupiah.
"Nah, ini yang jadi persoalan. Namanya juga ditunjuk sebagai pengacara, ya pasti ada rupiahnya. Ada kontraknya. Kok sekarang Pak Yusril berkoar-koar soal demi demokrasi. Ini yang bikin kader Demokrat marah. Sudahlah, Bung Yusril, akui saja pembelaan terhadap KSP Moeldoko ini demi rupiah, bukan demi demokrasi, maka itu akan lebih masuk akal dan diterima oleh kita semua," tegas Kepala Bakomstra DPP Partai Demokrat Herzaky dalam keterangannya, Jumat (1/10).
Terkait judicial review yang diajukan kubu Moeldoko, Herzaky menegaskan Demokrat siap menghadapi itu. Dia yakin PD di atas kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akan menang.
"Jadi, dengan izin Allah, kami akan hadapi proses hukum ini. Insyaallah, kami akan memenangkannya," tutur Herzaky.
Kelakar Yusril
Yusril pun santai menanggapi serangan Demokrat. Yusril bahkan berkelakar kalau kini dia dijuluki 'Pengacara Rp 100 miliar'.
"He-he-he... saya kini dapat julukan Pengacara 100 Miliar.. 7 Million Dollars Lawyer 🤫🤫🤫🤫," cuit Yusril di akun Twitter pribadinya @Yusrilihza_Mhd seperti dilihat, Jumat (1/10).
Yusril kemudian mengungkapkan komunikasi dia dengan rekannya itu yang menyebutnya 'pengacara Rp 100 miliar'. Dia berkelakar honornya sebagai pengacara masih jauh dengan honor pengacara kondang Hotman Paris.
"Ada teman lawyer lain yang bilang 'Honor ente sekarang sudah kalahkan honor Pak Boss Hotman Paris'. 'Ah, yang bener' saya bilang. 'Mana bisa awak kalahkan Bang Hotman. Awak ini apalah...' (sambil menyertakan emoticon tertawa)," kata Yusril.
"He-he-he... salam hormat saya sama Pak Boss @hotmanParis semoga sehat selalu, Pak Boss," lanjut Yusril.(detik)