GELORA.CO -Sejumlah mahasiswa yang ditangkap Badan Narkotika Nasional (BNN) di Kampus Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Sumatera Utara (USU) akan menjadi duta anti-narkoba.
Kriminolog pun menganalisis fenomena orang yang melanggar lalu dijadikan duta.
Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala mengatakan pelanggar yang kemudian menjadi duta itu erat kaitannya dengan teori disonansi kognitif. Lalu apa itu disonansi kognitif?
"Yang dimainkan adalah disonansi kognitif, itu teorinya. Isi teori itu adalah bahwa orang nggak suka melihat dua kenyataan yang bertolak belakang namun dikaitkan. Mahasiswa ganjais dikaitkan dengan duta anti narkoba kan bertolak belakang. Eh malah dikaitkan," kata Adrianus kepada wartawan, Jumat (15/10/2021) malam.
Namun, kata Adrianus, dua hal yang bertolak belakang itu akan mudah diingat oleh masyarakat. Dia menilai pesan yang disampaikan oleh duta yang sebelumnya melakukan pelanggaran itu akan mudah diingat oleh masyarakat.
"Namun akibatnya, orang jadi ingat, jadi gelisah dan selanjutnya orang mau mendengar message yang dikirimkan," tuturnya.
"Hal yang sama tidak terjadi jika mahasiswa baik-baik jadi duta anti narkoba. Itu namanya konsonansi kognitif. Nggak ada yang aneh dan nggak seru, kata anak milenial," lanjutnya.
Dengan adanya dua unsur yang bertolak belakang digabungkan itu, Adrianus menilai orang akan ramai membicarakan. Secara promosi, dia menilai hal itu sangat positif.
"Orang jadi ramai membicarakan. Secara promosi, ini positif," tutur dia.
Akibat dari ramai dibicarakan itu, Adrianus mengatakan secara tidak langsung akan tertanam di memori. Dengan demikian, akan mempengaruhi perilaku, seperti misalnya untuk menjauhi narkoba.
"Dari sekian banyak orang yang membicarakan, pasti ada memori yang tertanam dan kemudian mempengaruhi perilaku (sesuai dengan yang diharapkan yakni menjauhi narkoba). Prinsip psikologi tadi yang dimainkan secara optimal," kata dia.
Mahasiswa Ditangkap BNN Akan Jadi Duta Anti-narkoba
Sebelumnya, sejumlah mahasiswa ditangkap BNN saat pesta ganja di Kampus FIB USU. Mereka bakal dijadikan Duta Anti Narkoba oleh BNN Provinsi Sumatera Utara.
Hal itu dikemukakan Kepala BNN Sumut, Brigjen Toga Habinsaran Panjaitan, saat datang ke USU, Kamis (14/10). Toga mengatakan mahasiswa USU yang terjaring merupakan korban dari penyalahgunaan narkoba.
"Para Mahasiswa USU itu jago-jago main musik. Itu merupakan modal untuk memberdayakan mereka sehingga bisa terhindar dari penyalahgunaan narkotika," ujarnya.
Toga mengatakan para mahasiswa yang ditangkap itu bakal direhabilitasi. Dia mengatakan bakat para mahasiswa itu bakal dimanfaatkan untuk sosialisasi bahaya narkoba sebagai duta anti narkoba.
"Karena kita melihat mereka punya potensi, di mana mereka jago main musik. Nanti kita harapkan mereka bisa jadi duta anti narkoba. Tidak hanya untuk Kampus USU, tapi untuk seluruh masyarakat," ujar Toga.
Langgar Masker Lalu Jadi Duta Masker
Pada 5 Mei lalu, duta masker disematkan kepada pemuda Masjid Al Amanah Bekasi, Nawir. Nawir sebelumnya membentak jamaah yang bermasker dan mencopot paksa masker yang sedang dipakai jamaah bernama bernama Roni Oktavian.
Pada akhirnya aksi kasar Nawir itu dimaafkan Roni. Pada Rabu (5/5), Roni berdamai dengan Nawir.
"Kita sebagai umat marilah berlapang dada, seperti halnya memang kita mengikuti hadis atau apa sifat nabi kita Muhammad SAW. Marilah kita berlapang dada, saling memaafkan, dan Mas Nawir juga dan beserta pengurus masjid ini sudah mengakui akan kesalahannya," kata Roni kepada wartawan, Rabu (5/5).
Roni kemudian memberikan bantuan berupa 2 dus masker. Sebagai simbol, Roni lalu memasangkan masker ke Nawir.
Roni pun memberikan pilihan kepada Nawir. "Mas, ada dua pilihan, Mas Nawir milih saya (meneruskan kasus terkait masker) secara hukum atau Mas Nawir akan menjadi duta masker prokes yang akan jalankan, tidak hanya masjid, tapi Indonesia?" tanya Roni.
"Duta prokes, sumpah, demi Allah," jawab Nawir memilih menjadi duta masker alias duta prokes COVID-19.(detik)