Oleh: Teuku Gandawan Xasir*
METODE penanggalan hijriah dilakukan dengan melihat pergerakan bulan dan matahari. Jumlah hari dalam satu bulan ditetapkan sesuai dengan satu siklus pergerakan bulan. Sedangkan awal atau akhir hari ditetapkan berdasarkan tenggelamnya matahari.
Itu kenapa setiap tahun ada kegiatan penetapan 1 Ramadhan yang cukup ramai, di mana di saat matahari akan tenggelam diamati apakah bulan baru akan terbit. Berbeda dengan penanggalan masehi yang perhitungan tanggal hanya melihat pergerakan matahari dan awal hari ditetapkan pada jam 00.00.
Ada kesamaan kedua penanggalan ini, yaitu sama-sama menetapkan dalam setahun ada 12 siklus bulan.
Sama seperti pergerakan matahari yang bisa dihitung secara ilmiah, maka sebenarnya pergerakan bulan juga bisa dihitung secara ilmiah.
Dalam Islam pengetahuan tentang perhitungan pergerakan benda langit ini disebut Ilmu Falak, sedangkan dunia barat menyebutnya sebagai Ilmu Astronomi walau keduanya bukanlah dua ilmu yang identik.
Salah satu perbedaannya yang jelas dan tegas misalnya dalam Islam masih ada panduan lain dalam menetapkan bulan, lebih khusus pada jelang bulan Ramadhan yaitu adanya syarat tentang bulan baru harus terlihat oleh mata manusia.
Presiden Soekarno pada masa pemerintahannya telah menetapkan secara resmi peringatan Maulid Nabi sebagai hari libur nasional melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 tahun 1953.
Yang dimaksud Maulid Nabi sendiri adalah tanggal kelahiran Rasulullah Muhammad SAW berdasarkan penanggalan hijriah yaitu pada tanggal 12 Rabiul Awal. Yang jika kita mengacu kepada penanggalan hijriah, hari ini hari Selasa tanggal 19 Oktober 2021 bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1443.
Khusus untuk tahun 2021, berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, ditetapkan untuk menggeser hari libur nasional terkait Maulid Nabi menjadi tanggal 20 Oktober 2021 atau pada tanggal 13 Rabiul Awal 1443.
Yang digeser adalah hari liburnya, bukan tanggal kapan peristiwa Maulid Nabi terjadi. Maulid Nabi tentu saja sampai kapanpun akan tetap pada tanggal 12 Rabiul Awal.
Argumentasi pihak pemerintah memindahkan hari libur Maulid Nabi dari hari Selasa ke hari Rabu adalah untuk menghindarkan munculnya harpitnas (hari kejepit nasional) pada hari Senin 18 Oktober 2021. Sebab ada kecenderungan publik mengambil kesempatan melakukan libur panjang dengan adanya harpitnas.
Peniadaan harpitnas ini dilakukan untuk menghindari munculnya potensi kerumunan dan keramaian yang berpotensi menghadirkan kembali penularan atau penyebaran virus Covid-19.
Demi kesehatan publik, tentu tidak ada yang perlu digaduhkan oleh umat Islam Indonesia. Tentu saja umat Islam Indonesia wajib mendukung penuh setiap upaya yang menghadirkan kebaikan bagi kehidupan bangsa dan negara.
Dan tentu saja yang lebih utama lagi, jangan ributkan kapan hari liburnya karena harusnya Umat Islam Indonesia fokus kepada kenapa saat Maulid Nabi perlu ada libur nasional.
Tentu saja tujuan agar seluruh umat Islam Indonesia perlu bertafakur mencari hikmah atas peristiwa lahirnya Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi Nabi dan Rasul terakhir.
Dalam salah satu sunnahnya Rasulullah SAW menyatakan: “Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya selama kamu berpegang dengan kedua-duanya, yaitu kitab Allah (Al-Quran) dan Sunahku.” (HR Al-Hakim).
Sementara di sisi lain di dalam QS Ali ‘Imran 103 juga dinyatakan oleh Allah SWT lewat firman-Nya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah secara keseluruhan, dan janganlah kamu bercerai-berai.”
Semoga Maulid Nabi tahun 2021 ini memberikan kita semua Umat Islam Indonesia kesadaran untuk semakin bertakwa kepada Allah SWT dan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunnah sebagai panduan dalam kehidupan sehari-hari. Meninggalkan semua tabiat dan keburukan yang bisa menyebabkan bangsa dan negara terpecah-belah.
Menghindari dan menjauhkan diri dari terjebak mengolok-olok ajaran agama Islam dan para ulama. Akhir kata, shalawat dan salam bagi Nabiyullah wa Rasulullah Muhammad SAW.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang husnul khatimah. Aamiin allahumma aamiin.
*(Penulis adalah Direktur Eksekutif Strategi Indonesia; Waketum Partai Masyumi)