Kekayaan Alam RI Melimpah, Jazilul: Jangan Sampai Mati di Lumbung Padi

Kekayaan Alam RI Melimpah, Jazilul: Jangan Sampai Mati di Lumbung Padi

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid mengingatkan agar kekayaan alam Indonesia yang melimpah harus bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat. 

Salah satu kuncinya, dengan memiliki sumber daya manusia (SDM) unggul yang bisa mengolah dan mengoptimalkan potensi kekayaan alam di negeri ini.

Sebagaimana diketahui, Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan alam melimpah. Baik kekayaan laut dan isinya, kesuburan tanahnya, serta gunung-gunungnya yang di dalamnya memiliki kandungan emas, nikel, dan lainnya. Termasuk juga kandungan minyak yang melimpah di berbagai wilayah.

"Kekayaan alam kita luar biasa. Ketika zaman dulu kita dijajah karena penjajah ingin mendapatkan rempah-rempah, ternyata di bawah bumi kita banyak mineral, nikel, emas, minyak dan lainnya. Tapi semua itu tanpa sumber daya manusia (SDM) yang baik, kekayaan alam kita tidak bermakna. Ibarat pepatah ayam mati di lumbung padi. Bahaya kalau daerah kaya tapi masyarakatnya tidak sejahtera," ujar Jazilul dalam keterangannya, Minggu (24/10/2021).

Dalam Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan bekerja sama dengan DKW Garda Bangsa Maluku Utara di Kota Ternate, Sabtu (23/10), Jazilul mengaku baru pertama kali singgah di Maluku Utara. Ia pun mengungkap langsung jatuh hati melihat kekayaan alam yang luar biasa indah di wilayah ini. Mulai dari gunung-gunung, lautan dan isinya.

"Ini tantangan bagi Maluku Utara. Saya jatuh cinta dengan Maluku Utara. Pulau-pulaunya indah, kandungannya macam-macam di dalam dan luar bumi. Termasuk ikan dan masakannya," ungkapnya.

Pria yang akrab disapa Gus Jazil ini menyebutkan Maluku Utara tak hanya memiliki berbagai kekayaan alam. Namun, wilayah yang terdiri dari pulau-pulau ini juga merupakan daerah yang kaya akan budaya dan tradisi, termasuk bahasa.

Menurutnya, keberagaman yang ada ini harus terus disatukan dalam balutan Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945.

"Pancasila adalah dasar negara, pandangan hidup bangsa. Yang menyatukan suku-suku, adat, keyakinan, pikiran, itu ada di Pancasila. Kalau dasar ini dicabut, hilang negara," kata Jazilul.

Ia menilai 4 Pilar tidak hanya cukup dimengerti, tapi harus dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

"Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan ini akan kuat jika nasionalisme kita tumbuh. Anak-anak kita mulai kecintaannya pada nasionalisme berkurang. Padahal cinta nasionalisme ini sangat penting," tuturnya.

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa UU Otonomi daerah dulu dibentuk setelah era Reformasi dengan adanya pemekaran sejumlah daerah. Salah satunya Maluku Utara yang merupakan hasil dari Otonomi Daerah.

Adapun tujuan dari dibentuknya UU ini yaitu untuk memperpendek pelayanan pemerintahan dan mempercepat kemajuan daerah.

"Kenapa sekarang kita belum maju-maju, jangan salahkan siapa-siapa. Salahkan diri kita sendiri karena belum pintar-pintar," ucapnya.

Ia pun menerangkan salah satu mandat atau amanah Reformasi, selain pembebasan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), juga dilakukan amandemen UUD. Di dalamnya selain membatasi masa jabatan presiden menjadi maksimal dua periode, juga ada hal penting mengenai bagaimana caranya agar Indonesia maju lebih cepat.

"Pilihannya memasukkan 20 persen anggaran negara untuk pendidikan agar masyarakat Indonesia menikmati pendidikan dan memiliki daya saing sehingga tidak tertinggal. Sekaya apapun sumber daya kita kalau masyarakat kita belum pintar, SDM kita belum unggul, pasti ada orang lain yang memintari kita," terangnya.

Oleh karena itu, Jazilul menilai salah satu tantangan bangsa ke depan ialah tentang bagaimana cara untuk mengelola kekayaan alam yang luar biasa ini.

"Salah satu solusinya adalah dengan menyiapkan SDM unggul," pungkasnya.(detik)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita